TY - THES N1 - Pembimbing: Prof. Dr. Muhammad Chirzin, M.Ag. ID - digilib6912 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6912/ A1 - M.TOHIR, NIM. 07213516 Y1 - 2011/11/25/ N2 - Secara umum masyarakat mengartikan musibah sebagai suatu kejadian atau peristiwa menyedihkan yang menimpa manusia dan tidak dikehendaki datangnya, seperti rasa sakit, bencana alam, dan lain sebagainya yang kesemuanya menjurus pada satu makna yaitu keburukan. Asumsi tersebut pengertiannya sudah terumuskan, baik dalam kamus-kamus ataupun dalam ensiklopedi-ensiklopedi yang ada. Di samping itu diperkuat lagi dengan sebuah hadis nabi riwayat Abu Dawud yang berbunyi: ?Setiap sesuatu yang menyedihkan orang beriman adalah musibah?. Ungkapan di atas menarik untuk dicermati dan diteliti secara obyektif. Oleh karena itu, dalam penelitian ini penulis mengkaji mengenai apakah sebenarnya hakikat musibah itu? Mengapa Allah menimpakan musibah kepada manusia? Bagaimanakah sikap seorang manusia dalam menghadapi musibah yang menimpanya? Urgensi dari penelitian ini adalah untuk melihat secara kritis mengenai makna musibah menurut Hamka dalam karyanya tafsir al-Azhar dan M. Quraish Shihab dalam karyanya tafsir al-Misbah, kemudian kedua mufassir itu dikomparasikan, dicari persamaan dan perbedaannya. Dengan demikian, metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif, komparatif, dan analisissintesis, dengan sifat penelitian kepustakaan (library research) yang didasarkan pada tafsi>r al-Azha>r dan tafsi>r al-Misba>h sebagai sumber data primer, dan bukubuku lain yang terkait dengan tema musibah sebagai data sekunder. Dari penelitian ini ditemukan, bahwa musibah pada hakikatnya segala peristiwa yang terjadi atas izin Allah dan sudah ditetapkan di lauhul mahfuz yang diletakkan-Nya pada hukum alam. Esensi manusia di alam ini merupakan bagian darinya, sehingga manusia tidak dapat melepaskan dari segala peristiwa yang terjadi di alam jagad raya ini, termasuk musibah. Sering manusia menjadi penyebab terjadinya musibah baik karena faktor kekufuran, kemunafikan dan kemaksiatan, dan sekaligus yang menerima akibatnya. Hal ini terjadi karena manusia tidak memperhatikan dan memperhitungkan hukum alam. Atas dasar ini, musibah berfungsi sebagai peringatan atas kesalahan yang telah diperbuat oleh manusia. Namun, di samping musibah berfungsi sebagai peringatan, dan ujian. Agar seseorang tidak terjerumus ketika tertimpa musibah, maka dalam hal ini Islam telah memberikan tuntunannya dalam menyikapi musibah, di antaranya: mengucapkan kalimat istirja? dan berdoa agar dengan musibah itu Allah memberi pahala dan menggantinya dengan yang lebih baik, bersabar dan tidak berputus asa dalam menghadapinya, menerima dengan ridha dan tidak menyesali akan musibah yang diberikan oleh Allah, tidak mempersulit diri, dan menjadikan musibah yang menimpa itu sebagai bahan introspeksi diri atau muhasabah. PB - UIN Sunan Kalijaga KW - PENAFSIRAN KW - AYAT-AYAT KW - MUSIBAH KW - MENURUT KW - HAMKA KW - M. QURAISH SHIHAB M1 - masters TI - PENAFSIRAN AYAT-AYAT MUSIBAH MENURUT HAMKA DAN M. QURAISH SHIHAB AV - restricted ER -