eprintid: 69283 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 12460 dir: disk0/00/06/92/83 datestamp: 2025-01-14 01:27:24 lastmod: 2025-01-14 01:27:24 status_changed: 2025-01-14 01:27:24 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: muh.khabib@uin-suka.ac.id creators_name: Rizal Arian, NIM.: 19103060073 title: KETENTUAN QADA’ SALAT UNTUK MAYIT PRESPEKTIF SYEKH ZAINUDDIN AL-MALIBARI DAN IMAM AL-BAGHAWI ispublished: pub subjects: 297.413 divisions: jur_pma full_text_status: restricted keywords: Qada’ Salat Mayit, Pemikiran Zainuddin al-Malibari, Pemikiran Al-Baghawi note: Mu’tashim Billah, S.H.I., M.H. abstract: Salat adalah ibadah yang wajib dilaksanakan bagi setiap muslim mukallaf. Kewajiban tersebut berlaku dalam keadaan apapun, baik itu sehat maupun sakit, dan dilaksanakan sesuai waktu-waktu yeng telah disyariatkan. Apabila seseorang mengerjakan salat di luar waktu yang telah disyariatkan maka dalam fikih disebut dengan qada’. Pada dasarnya apabila seseorang dibebani sebuah kewajiban dan dia meninggalkannya, maka seseorang tersebut menanggung sebuah hutang, dan kewajiban orang yang berhutang adalah membayarnya, hal tersebut juga berlaku dalam ibadah. Permasalahan qada’ salat pun merambat pada perkara saat orang yang berkewajiban salat itu telah meninggal dan belum sempat mengqada’ salat yang ditinggalkannya, apakah dapat digantikan orang lain?. Untuk itu, dalam penelitian ini penulis mencoba untuk menguraikan pendapat para ulama terkait ketentuan qada’ salat untuk mayit tersebut, khususnya Zainuddin al-Malibari dan Imam al-Baghawi sebagai ulama Syafi’iyah yang memiliki perbedaan pendapat. Penelitian ini adalah jenis penelitian (library research) yaitu penelitian yang menggunakan literatur kepustakaan, bersifat normatif dengan menggunakan metode kualitatif. Metode pengolahan data dalam penelitian ini adalah deskriptif komparatif yaitu memaparkan data-data yang ditemukan dengan menganalisis dalam bentuk narasi dan kemudian dikomparasikan yakni dengan menemukan persamaan dan perbedaan antara pendapat Zainuddin al-Malibari dan Imam al-Baghawi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa salat yang ditinggalkan oleh mayit menurut Zainuddin al-Malibari pada dasarnya tidak boleh diqada’ maupun difidyah karena tidak terdapat dalil nash yang terperinci yang memerintahkan hal tersebut. Akan tetapi, sebagian ulama membolehkan mengqada’ salatnya atau dengan membayarkan fidyah, termasuk Imam al-Baghawi yang membolehkan membayar fidyah sebagai ganti Dari salat dengan mengqiyaskan pada anjuran membayar fidyah sebagai ganti puasa dengan ‘illat hukum sama-sama ibadah badaniah mahdah, sehingga menghasilkan Qiyas Musawi sebab ‘illat keduanya sama kuatnya. Alhasil dengan adanya pengiyasan tersebut maka pelaksanaan qada’ salat untuk mayit dengan membayar fidyah hukumnya boleh, walaupun pendapat yang Mašyhūr dalam kalangan Syafi’iyah adalah tidak adanya perintah pelaksanaan tersebut karena tidak adanya dalil terperinci. date: 2024-12-18 date_type: published pages: 120 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: Rizal Arian, NIM.: 19103060073 (2024) KETENTUAN QADA’ SALAT UNTUK MAYIT PRESPEKTIF SYEKH ZAINUDDIN AL-MALIBARI DAN IMAM AL-BAGHAWI. Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69283/1/19103060073_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69283/2/19103060073_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf