@phdthesis{digilib69353, month = {November}, title = {FRAMING AGAMA DALAM GERAKAN MAJELIS PEKERJA BURUH INDONESIA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 19105040038 Rio Andika Setyawan}, year = {2024}, note = {Nur Afni Khafsoh, M.Sos.}, keywords = {Gerakan Buruh, Framing Agama, Upah Murah}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69353/}, abstract = {Penelitian ini ertujuan untuk menganalisis strategi Majelis Pekerja Buruh Indonesia (MPBI) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dalam menggalang solidaritas dan memobilisasi buruh melalui penerapan framing nilai-nilai agama. Berangkat dari realitas bahwa banyak buruh DIY masih mengalami kondisi ketidakadilan upah dan minimnya perhatian pemerintah, MPBI DIY menghadapi tantangan dalam memotivasi partisipasi buruh, yang cenderung dipengaruhi oleh kesadaran identitas dibandingkan kesadaran kelas. Penelitian ini menggunakan teori Proses Framing oleh Snow dan Benford, yang melibatkan pembingkaian diagnostik, prognostik, dan motivasi untuk menganalisis bagaimana framing agama diterapkan oleh MPBI DIY. Melalui metode kualitatif dengan wawancara mendalam pada agen-agen MPBI DIY dan observasi secara partisipatif. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan panduan dari Miles dan Huberman, yang dalam tahapannya terbagi menjadi lima tahap mulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, verifikasi dan yang terakhir penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan dua temuan utama. Pertama, MPBI DIY memiliki nilai-nilai fundamental{--}Welfare State, Marxisme, Agama, dan HAM{--}yang menjadi dasar gerakan mereka. Kedua, penggunaan nilai agama sebagai strategi framing memberikan MPBI DIY kesempatan untuk menjangkau masyarakat dengan kesadaran identitas religius, yang membantu meningkatkan legitimasi dan partisipasi dalam gerakan mereka. Penelitian ini berkontribusi pada literatur tentang gerakan sosial dan memperkaya pemahaman tentang pentingnya pendekatan ideologis dalam merespons tantangan struktural yang dihadapi oleh buruh di DIY.} }