%A NIM.: 20105020024 Aditya Firmansyah %O Roni Ismail, S.Th.I., M.S.I. %T KEMATANGAN BERAGAMA PARA ROMO GEREJA KATOLIK KRISTUS RAJA BACIRO %X Para Romo Katolik memiliki mandat sebagai pewarta Sabda Allah dan tugas menyampaikannya kepada umat sebagai representasi kecintaan dirinya kepada Allah atas penunjukkan diri mereka sebagai imam. Tetapi dalam proses pengabdiannya, para imam tidak begitu saja ketika menjalankan mandat sebagai pewarta Sabda Allah terjadi secara mulus. Hidup di era serba modern, para imam Katolik harus melewati banyak dinamika dan rintangan yang semakin masif. Berperan sebagai pemuka agama Katolik, para imam di mana memiliki pola kehidupan yang berbeda dari pada jemaat Katolik biasa, yaitu harus memenuhi tiga kaul: keperawanan atau kemurnian, kemiskinan, ketaatan. Hal ini yang kemudian membuat peneliti ingin membahas lebih lanjut yaitu bagaimana mengenai perkembangan kematangan beragama para romo Katolik di era modern. Dalam penulisan karya ilmiah ini, peneliti menggunakan penelitian berbasis lapangan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif dan pendekatan keilmuan Psikologi Agama. Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode wawancara dan triangulasi data sebagai analisis utama, dengan menggunakan teori kematangan beragama dari William James, yaitu sensibilitas akan eksistensi Tuhan, pasrah diri, merasa bahagia, bebas dan hilang ego, dan yang terakhir muncul cinta dan harmoni. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa: Pertama, keberagamaan secara umum para romo di Gereja Katolik Kristus Raja Baciro tidak jauh berbeda dari lingkup indikasi teori kematangan beragama dari William James, yaitu selama menjalankan tugas menjadi romo tidak terlepas dari keyakinan akan kehadiran Tuhan, yaitu memberikan kekuatan dan bimbingan kepada romo. Kemudian, mengenai kesadaran selama menjadi romo, walaupun di sisi lain adalah sesuatu yang berat, tetapi karena terdapat keyakinan bahwa tugas menjadi romo adalah bagian dari kehendak Tuhan, maka mereka meyakini bahwa jalan itu adalah yang terbaik bagi mereka. Selanjutnya, mengenai selama menjalani peran menjadi romo, mereka terdapat perasaan bahagia dan terbebas dari belenggu ego, yaitu lebih mengedepankan kepentingan dan kebutuhan umat. Adapun yang terakhir adalah bagaimana mereka dalam menjalani perilaku sehari-hari, di mana mereka senantiasa mengedepankan cinta dan harmoni sebagai wujud pengelolaan emosi yang baik. Kedua, kematangan beragama para romo di Gereja Katolik Kristus Raja Baciro dapat diketahui dengan baik dan relevan dengan karakteristik yang telah digagas oleh William James, yakni kematangan beragama dapat dibuktikan dengan adanya sensibilitas atau perasaan selalu terhubung akan eksistensi Tuhan, penyerahan atau penerimaan diri kepada kehendak Tuhan, muncul rasa bahagia, bebas dan terhindar dari belenggu ego, dan yang terakhir adalah muncul perasaan cinta dan harmoni sebagai wujud konsekuensi atas kemampuan dalam mengatur emosi. %K Kematangan Beragama, Keberagamaan, Romo %D 2024 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib69364