%0 Thesis %9 Skripsi %A Muhammad Harkim Novridho, NIM.: 21105010029 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2024 %F digilib:69380 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Fanatisme Beragama, Kosmologi, Karlina Supelli %P 92 %T FANATISME BERAGAMA DALAM TINJAUAN KOSMOLOGIS (STUDI ATAS PEMIKIRAN KARLINA SUPELLI) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69380/ %X Keberagaman di era globalisasi saat ini menjadi tantangan besar, di mana perbedaan yang disikapi dengan cara salah dapat menyebabkan perpecahan. Gerakan fanatisme agama sering kali memicu konflik antar kelompok, terutama ketika keyakinan agama dianggap lebih unggul dari agama lain. Fenomena ini berpotensi menimbulkan kekerasan dan konflik berkelanjutan. Fanatisme agama sering dikaji melalui perspektif sosiologis dan psikologis, Karlina Supelli menawarkan pendekatan yang unik yaitu dengan menggunakan tinjauan kosmologis sebagai metode atau pendekatan dalam memahami fanatisme beragama. Penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi pemikiran Karlina tentang kosmologi dan bagaimana kosmologi sebagai etode atau pendekatan dapat digunakan untuk memahami fenomena fanatisme beragama. Penelitian ini merujuk pada sumber primer karya Karlina Supelli yang berjudul “Dari Kosmologi ke Dialog: Mengenal Batas Pengetahuan Menentang Fanatisme” Penelitian ini merupakan model deskriptif-kualitatif melalui analisis pustaka dengan teknik pengelolaan data dokumentasi dan selanjutnya interpretasi dengan menggunakan pendekatan filosofis. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa Karlina Supelli memandang kosmologi sebagai ilmu berada diposisi persinggungan antara relitas empiris dan dimensi metafisik. Dalam pandangan Karlina, kosmologi bukan hanya ilmu yang menjelaskan struktur dan evolusi alam semesta, tetapi juga tetap mempertimbangkan dasar-dasar asumsi atau postulat. Fanatisme, menurut Karlina Supelli, berakar pada krisis epistemologis akibat penyingkiran dimensi antropologis dalam memahami realitas. Ia menggunakan pendekatan atau cara pandang kosmologis untuk mengungkap akar fanatisme. Malalui tinjauan kosmologis, Karlina menyoroti pentingnya kesadaran akan keterbatasan manusia dalam memahami realitas dan menghindari reduksionisme epistemik yang menjadi landasan fanatisme. Karlina menunjukkan bahwa pola dogmatis ini memiliki kesamaan dengan bagaimana ilmu di masa lalu digunakan yang sama-sama pada akhirnya mengabaikan dimensi antropologis guna mengklaim absoluditas demi kepentingan tertentu. Melalui pendekatan kosmologi, Karlina menawarkan pandangan alternatif dengan penalaran transdisiplin yang menekankan bahwa kebenaran tidak berdiri sendiri melainkan berada dalam jaringan yang terbuka dan inklusif. Kosmologi menjadi alat untuk membongkar klaim absolut dan konflik yang timbul dari kekakuan berpikir, serta menciptakan ruang dialog transdisiplin yang lebih luas. Melalui pemahaman ini Karlina menekankan penghargaan terhadap keterbukaan kosmos sebagai cerminan keterbukaan pengetahuan manusia. %Z Moh. Arif Afandi, S.Fil.I., M.Ag.