%A NIM.: 2205035007 Restu Amelia %O Prof. Dr. Inayah Rohmaniyah, S.Ag., M.Hum., M.A %T KONTRA-NARASI DALAM TAFSIR INKLUSIF KONGRES ULAMA PEREMPUAN INDONESIA (KUPI) %X Penafsiran patriarki sering kali dianggap wajar, namun Kongres Ulama Perempuan Indonesia (KUPI) muncul dengan gagasan kontra-narasi yang berupaya untuk menafsirkan ulang teks keagamaan secara inklusif dan egaliter. Tulisan ini berfokus pada bentuk-bentuk kontra-narasi dalam penafsiran KUPI, serta strategi yang digunakan untuk menghasilkan penafsiran yang mendukung kesetaraan gender. Penelitian ini akan menjawab tiga rumusan masalah, yaitu: apa saja narasi dominan dalam penafsiran patriarki yang dikonter KUPI, bentuk kontra-narasi dalam penafsirannya, serta strategi kontra-narasi dalam menghasilkan penafsiran yang inklusif dan egaliter. Penelitian ini dapat menunjukkan peran signifikan dari kontra-narasi dalam menyediakan narasi alternatif yang berbeda dengan narasi dominan yang ada. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berdasarkan data kepustakaan (library research). Sumber primer dalam penelitian ini adalah penafsiran KUPI baik yang diambil dari pandangan keagamaan (fatwa) yang dikeluarkan, maupun berasal dari penafsirannya di buku Metodologi Fatwa KUPI. Sumber sekunder dalam penelitian ini adalah buku, artikel ilmiah, tesis, maupun disertasi yang membahas KUPI. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dokumentasi, yaitu penulis mengumpulkan berbagai referensi yang berkaitan dengan tema yang dibahas. Penelitian ini menggunakan teori kontra-narasi Bamberg sebagai pisau analisis untuk membedah strategi yang digunakan KUPI dalam mengukuhkan posisinya sebagai komunitas pendukung kesetaraan. Penelitian ini menemukan bahwa narasi dominan yang dikonter KUPI adalah perempuan sebagai sumber fitnah, kesaksian perempuan bernilai setengah dari kesaksian laki-laki, dan ganjaran surga bagi istri yang mau dipoligami. KUPI mengonter narasi tersebut dengan menggunakan Q.S. Al-Isra’ [17]:70 yang menjelaskan bahwa Allah memuliakan manusia baik laki-laki maupun perempuan. Penelitian ini juga menemukan bahwa strategi yang digunakan KUPI untuk menghasilkan penafsiran alternatif yang egaliter adalah dengan menggunakan metodologi yang relevan, yaitu mengintegrasikan pengalaman khas perempuan ke metode studi Islam, menggunakan paradigma tauhid, serta menggunakan penafsiran berbasis tradisi (tradition-based tafsir) untuk mengklaim otoritas perempuan. Selain itu, strategi lain yang digunakan KUPI untuk mendapatkan otoritas adalah dengan mendefinisikan ulang keulamaan perempuan dan mengeluarkan pandangan keagamaan (fatwa). KUPI menguatkan posisi diri sebagai komunitas yang mendukung kesetaraaan posisi laki-laki dan perempuan. %K KUPI, Narasi Dominan, Kontra-Narasi, Penafsiran Patriarki %D 2024 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib69451