@book{digilib69622, title = {Kedewasaan Beragama, Esai-esai Penggugah Kesadaran, Penghidup Nalar dan Penguat Spiritual}, author = {- Ahmad Muttaqin}, address = {Yogyakarta}, publisher = {IB Pustaka PT Litera Cahaya Bangsa}, year = {2024}, keywords = {Kedewasaan Beragama, Nalar, Spiritual}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69622/}, abstract = {KATA Religion, yang sering diterjemahkan ke bahasa Indonesia ?agama?, menururut Filosof Romawi Kuno Marcus Tullius Cicero (106SM ? 43SM), berasal dari kata re-legare atau re-eligere, yang di antara artinya adalah to choose again, memilih kembali, merenungkan ulang, atau membaca berulang. Hal ini menujukkan bahwa agama merupakan sesuatu yang terus direnungkan, dirapalkan, dirutinkan, dijalani, dan dibaca berulang kali. Dalam bahasa Arab, istilah din sering diterjemahkan sebagai agama. Kata ?ad-din? yang berakar kata kerja da-na ini memiliki keterkaitan makna dengan kata yang seakar seperti dayn (hutang), madinah (kota), dayyan (penguasa, hakim), dan tamadun (peradaban). Hal ini mengindikasikan bahwa orang yang beragama seyogyanya membayar hutangnya pada Sang Pencipta yang telah mengarunia kehidupan dengan ketundukan dan ketaatan pada aturan Sang Kholiq sehingga melahirkan tatanan masyarakat yang terorganisir (madinah) sehingga terwujud peradaban (tamaddun) utama. Untuk itu, agama merupakan sesuatu yang mesti diresapi dan direfleksikan dan dipraktikkan secara kaffah dan maslahah terus menerus, baik oleh individu-individu beragama maupun institusi atau komunitas agama Di tengah dunia yang terus berubah dengan segala kompleksitas masalahnya, agama semestinya menjadi semacam oase di tengah padang tandus. Agama menjadi kanopi suci tempat manusia berteduh dari badai dan kekacau-balauan dunia. Disinilah pentingnya kedewasaan dalam beragama: beragama secara otentik, mencerahkan, menggembirakan, open minded, memadukan aspek kebenaran, kebaikan dan keindahan sekaligus. Kedewasaan beragama akan mengantarkan manusia beragama menjadi pribadi problem solver, bukan part of the problem apalagi trouble maker. Agama yang dipraktikkan secara tulus dengan penghayatan spirit terdalamnya dan pemaknaan secara komprehensif sesuai dengan konteksnya akan terus relevan dengan kehidupan manusia kapanpun dan di manapun (shaalih li-kulli zamaan wa makaan). Refleksi-refleksi dalam buku ini ditulis untuk meneguhkan spirit keagamaan yang berpijak pada nilainilai utama. Dalam Islam, nilai-nilai utama dalam ajaran agama akan mengantarkan sikap dan perilaku ihsan bagi pemeluknya. Ihsan merupakan tingkatan tertinggi dalam berhubungan kepada Allah dan berdampak pada relasi dengan makhluk ciptaan-Nya. Ihsan berkaitan dengan sikap ikhlas dalam bertauhid secara lurus dan menjalankan ajaran agama secara tulus, sehingga memantulkan kebaikan utama dalam seluruh bidang kehidupan.} }