%0 Thesis %9 Masters %A Cholillah, Lc, NIM.: 22205032002 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2024 %F digilib:69702 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K makna hijab; Abu Syuqqah %P 140 %T KONSTRUKSI HIJAB PANDANGAN ABU SYUQQAH DALAM KITAB TAHRIR AL-MAR’AH FI ‘ASR AL-RISALAH (ANALISIS HERMENEUTIKA HANS-GEORG GADAMER) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69702/ %X Penafsiran ayat-ayat hijab dalam Surah Al-Ahzab [33]: 53, 59 dan An-Nur [24]: 31 menunjukkan dinamika yang terus berlangsung dan tingkat kompleksitas yang tinggi, mengundang interpretasi yang beragam dari waktu ke waktu. Kajian ini mengungkapkan bahwa pemahaman terhadap konsep hijab masih menjadi perdebatan yang signifikan hingga masa kini, dengan berbagai sudut pandang yang berakar pada konteks sosial dan keagamaan yang berbeda. Perdebatan kontemporer ini menyoroti ketidaksepakatan tentang makna hijab yang sejati. Dalam konteks tersebut, Abū Syuqqah dalam karyanya Taḥrīr al-Mar’ah fī ‘Aṣr al-Risālah menawarkan penafsiran yang merujuk pada situasi di masa Nabi Muhammad, bertujuan untuk memahami substansi ajaran hijab secara lebih akurat. Abū Syuqqah berpendapat bahwa hijab harus dikaji dengan mempertimbangkan latar belakang historis dan konteks sosial yang spesifik agar tidak disalahartikan. Penelitian ini berfokus pada dua tujuan utama: pertama, menganalisis struktur dan karakteristik penafsiran hijab menurut Abu Syuqqah dalam Tahrir al-Mar’ah fi ‘Aṣr al-Risalah; kedua, mengeksplorasi serta memahami interpretasinya melalui pendekatan hermeneutika Hans-Georg Gadamer. Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif berbasis kajian pustaka, penelitian ini memaparkan dua definisi yang diberikan Abū Syuqqah terkait hijab: sebagai partisi (penghalang atau sekat) dan sebagai libas (pakaian). Definisi tersebut bertujuan menciptakan pemahaman yang lebih seimbang. Menurut Abū Syuqqah, hijab dalam bentuk partisi hanya diwajibkan untuk istri-istri Nabi Muhammad dan tidak berlaku bagi semua perempuan Muslim. Sebaliknya, hijab sebagai libas diartikan sebagai pakaian yang wajib dikenakan oleh seluruh perempuan Muslim, berfungsi sebagai simbol identitas dan perlindungan saat mereka berada di ruang publik. Melalui analisis hermeneutika Hans-Georg Gadamer, penafsiran Abū Syuqqah terhadap ayat-ayat hijab tersebut diidentifikasi sebagai narasi yang bersifat emansipatif. Penafsiran ini berfungsi sebagai respons terhadap narasi-narasi hijab yang dianggap diskriminatif dan merugikan, memberikan pandangan yang lebih memberdayakan dan menghindari pendekatan yang destruktif. %Z Prof. Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si.