@mastersthesis{digilib6980, month = {July}, title = {NASKAH FATH GAFIR AL-KHATIYYAH ?ALA AL-KAWAKIB AL-JALIYYAH FI NAZM AL-AJURRUMIYYAH KARYA SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI (1230-1314 H / 1815-1897 M) Dirasat wa Tahqiq}, school = {UIN Sunan Kalijaga}, author = {NIM. 08216595 KAMRAN AS?AT IRSYADY, LC }, year = {2010}, note = {Pembimbing: Dr. hamin Ilyas, M.A}, keywords = {NASKAH, FATH GAFIR AL-KHATIYYAH ?ALA AL-KAWAKIB AL-JALIYYAH FI NAZM AL-AJURRUMIYYAH, KARYA, SYAIKH NAWAWI AL-BANTANI, Dirasat wa Tahqiq}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6980/}, abstract = {Nahwu (gramatika Arab) merupakan ilmu ?alat? untuk memahami bahasa keislaman, dan salah satu matn nahwu yang paling banyak mendapat apresiasi luas adalah al-Muqaddimah al-Ajurrumiyyah karya Ibnu Ajurrum (Abu Abdullah Muh\}ammad as\}-S\{inhaji 672-723 H) yang dikembangkan oleh para ulama selanjutnya dalam bentuk syarh\}, nazm, h\}asyiyyah, dan taqri{\ensuremath{>}}ra{\ensuremath{>}}t, salah satunya Syaikh Muhammad Nawawi al-Bantani (1230-1314 H/1815-1897 M). Bapak intelektual pesantren ini menyusun komentar atas naz{$\backslash$}m al-A{\ensuremath{<}}jurru{\ensuremath{>}}miyyah susunan Syaikh ?Abdussalam an-Nibrawi dengan judul lengkap: Fath\} Ga{\ensuremath{>}}fir al-Khat\}iyyah ?ala al-Kawa{\ensuremath{>}}kib al-Jaliyyah fi Naz\}m al-Ajurru{\ensuremath{>}}miyyah. Naskah inilah yang menjadi obyek penelitian dalam tesis ini berangkat dari kegelisahan akademik akan ?tenggelam?nya karya dan pemikiran nahwu Nawawi di tengah puluhan karya populernya yang dikenal luas di Indonesia. Tesis ini adalah penelitian filologi berbasis naskah kuno dengan metode naskah tunggal edisi kritis, disertai deskripsi naratif mengenai pengarang dan kandungan naskah, sementara untuk mengeksplorasi mutiara-mutiara terpendam di balik teksnya, lebih khusus lagi contoh-contohnya, penulis menggunakan pendekatan hermeneutika Friedrich Schleiermacher. Kitab nahwu Nawawi ini bercorak ta?li{\ensuremath{>}}mi{\ensuremath{>}} (pedagogik) dan didesain untuk kepentingan pembelajaran dengan gaya narasi yang sederhana, sistematis, dan minim perdebatan masalah khilafiyyah, disertai contoh-contoh kreatif yang tidak terkungkung pada contoh-contoh konvensional ala nahwu klasik yang aktoraktotnya hanya berkisar antara Zaid, Amru, Hind, Da?d dengan aktivitas yang berkutat pada datang-pergi (ja?a-zahaba), lewat dan memukul (marra-daraba), dan duduk-berdiri (jalasa-qama). Di sini, Nawawi memberikan tambahan dengan menghadirkan contoh-contoh yang sedikit banyak berkaitan dengan isu-isu pendidikan dan keislaman, seperti ilmu dan belajar dan proses belajar-mengajar antara guru-murid, hingga isu-isu teologis seperti muslim dan kafir, di samping isu-isu lingkungan, perjalanan, dan interaksi sosial dalam kehidupan sehari-hari. Dengan pendekatan hermeneutika Schleiermacher yang mensyaratkan pemahaman terhadap teks dari sisi gramatikal (obyektif) teks dan psikologis (subyektif) pengarang yang memproduksi teks, contoh-contoh nahwu Nawawi tampak lebih ?hidup?, bukan sekedar himpunan huruf-huruf dan rangkaian kata yang kosong makna dan sepi orientasi. Ia tidak hanya sekedar untuk penjelas suatu kaidah, melainkan sebuah teks bermakna yang menyiratkan pengalaman subyektif Nawawi sebagai pembelajar yang ?hijrah? dari kampung halamannya demi menuntut ilmu, sebagai makhluk sosial yang berinteraksi dengan lingkungan sekitar, sebagai praktisi dan ilmuwan multidimensional: guru, doctor of divinity, faqih, mufassir, dan sufi mutasawwif; dan sebagai penulis karya-karya terkemuka. Contoh-contoh tersebut ia ?muati? dengan pesan-pesan moral yang bisa dirunut dan dirumuskan makna otentiknya, yaitu urgensi ilmu bagi kehidupan. Pesan dalam contoh-contoh nahwu Nawawi ini dan sejarah hidup Nawawi secara umum bisa menjadi inspirasi positif bagi pengembangan wacana keilmuan dan keislaman di Indonesia.} }