eprintid: 69835 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 12243 dir: disk0/00/06/98/35 datestamp: 2025-02-06 02:12:54 lastmod: 2025-02-06 02:12:54 status_changed: 2025-02-06 02:12:54 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: muchti.nurhidaya@uin-suka.ac.id creators_name: Sukma Maulana, NIM.: 22205032008 title: PEMAHAMAN SUNNAH TASYRI’ DAN GHAIRU TASYRI’ MENURUT MAHMUD SYALTUT DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI ispublished: pub subjects: 297.1226 divisions: jur_ial full_text_status: restricted keywords: Sunnah Tasyri’; Sunnah Ghairu Tasyri’ note: Dr. Muhammad Akmaluddin, M.S.I abstract: Mahmūd Syaltūt dan Wahbah Az-Zuḥailī memberikan pemahaman tentang pembagian sunnah yang secara garis besarnya terbagi menjadi sunnah yang bersifat kenabian dan sunnah yang bersifat kemanusiaan (basyariah). Menurut Mahmud Syaltūt dan Wahbah Az-Zuḥailī, sunnah yang mengandung nilai syari’at dan yang tidak mengandung syari’at harus dibedakan. Untuk melihat dan mengindetifikasi apakah sunnah itu mengandung nilai tasyri’ apa tidak, maka perlu diidentifikasi pula ciri-ciri hadis atau sunnah tersebut. Tesis ini mengkaji tentang upaya Mahmud Syaltut dan Wahbah Az-Zuḥaili dalam merekonstruksi sunnah. Penelitian ini menggunakan metode Library Research yaitu dengan mencari dan merujuk pada kitab-kitab yang terkait dengan penelitian ini. Dalam pemikirannya, Mahmūd Syaltūt dan Wahbah Az-Zuḥaili menggunakan pendekatan berbeda dalam memahami sunnah yang mengandung nilai syari’at apakah tidak. hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa pemikiran Mahmūd Syaltūt dan Wahbah Az-Zuḥaili terhadap sunnah mengalami pergeseran dari tradisi klasik. Pergeseran pemahaman tentang sunnah tersebut memunculkan pemahaman baru tentang sunnah yang wajib diikuti dan yang tidak harus diikuti. Namun, dari kedua tokoh tersebut, terdapat perbedaan dalam kesimpulan otoritas sunnah, khususnya pada sunnah ghairu tasyri’. Menurut Syaltūt sunnah ghairu tasyri’ tidak wajib untuk diikuti, bahkan ada beberapa yang harus ditinggalkan, sedangkan menurut Wahbah Az-Zuhaili, sunnah ghairu tasyri’ tetap dianjurkan untuk diikuti dan mengandung hukum mubah. Memang sebelum adanya pergeseran ini, ulama’ sebelum mereka berdua seperti al-Qarafi dan Al-Dahlawi. Kemudian ulama’ kontemporer yang mengikuti jejak pemikiran ini diantaranya adalah Yusuf al-Qardhawi, Musthafa Ali Ya’qub, Hasbi Ash-Shiddqie. Kemudian, Mahmūd Syaltūt dan Wahbah Az-Zuhaili juga mengikuti jejak pemikiran ini pula namun berbeda dalam mengambil kesimpulan hukum. Perbedaan mereka berdua ini dikarenakan keduanya memiliki pengalaman keilmuan berbeda baik dari guru-guru yang mempengaruhinya dan kondisi sosial historis yang turut mengubah cara pandang mereka berdua. Harapan penulis, adanya penelitian ini dapat memberikan wawasan lebih bijak dalam memahami esensi sunnah. date: 2024-12-13 date_type: published pages: 146 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM thesis_type: masters thesis_name: other citation: Sukma Maulana, NIM.: 22205032008 (2024) PEMAHAMAN SUNNAH TASYRI’ DAN GHAIRU TASYRI’ MENURUT MAHMUD SYALTUT DAN WAHBAH AZ-ZUHAILI. Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69835/1/22205032008_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/69835/2/22205032008_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf