%0 Thesis
%9 Masters
%A Ni’matul Husna, NIM: 08.234.489
%B Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga
%D 2010
%F digilib:6986
%I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta
%K hak politik, perempuan islam, benazir bhutto
%T HAK POLITIK PEREMPUAN ISLAM MENURUT BENAZIR BHUTTO
%U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/6986/
%X Salah satu petikan bebas dari ayat Al-Quran berbunyi: “Laki-laki adalah pemimpin  bagi kaum wanita”. Petikan bebas ini sering disamakan dengan justifikasi  “ketidaksetaraan” antara pria dan wanita baik oleh yang mendukung atau yang  menentang isu kesetaraan gender. Bagi yang mendukung, hal ini merupakan bentuk  ketidakadilan gender yang akan membatasi kiprah kaum wanita di tengah-tengah  masyarakat. Bagi yang menentang, hal ini pada hakikatnya memiliki tujuan demi  menjaga dan melindungi kemuliaan kaum wanita itu sendiri.  Belakangan ini peran pemimpin yang dengan segala kesibukannya tidak lagi  menjadi dominasi kaum pria. Pada 10 tahun terakhir masalah mengenai kesetaraan  gender antara pria dan wanita makin marak diperjuangkan. Selama ini budaya yang  berkembang di dunia cenderung bersifat “patrilinialis” yang membuat kaum wanita  dipandang sebagai makhluk kelas dua setelah pria. Selain itu jarang ditemui wanita  yang masuk ke dunia politik karena masih dianggap tabu oleh masyarakat. Masih  segar dalam ingatan kita kisah mengenai Benazir Bhutto nama yang dikenal sebagai  pemimpin wanita kelas dunia yang menghabiskan waktunya untuk memperjuangkan  hak-hak rakyatnya terutama kebebasan perempuan dalam beraktivitas di dunia publik.  Penafsiran reaksioner tentang Islam yang mencoba mempertahankan status  quo terus ia lawan dengan berbagai cara di antaranya dengan memperkenalkan pada  dunia bahwa Islam itu harus ditafsirkan secara progresif artinya pemahaman terhadap  Islam harus mengikuti dunia yang berubah, yang percaya akan martabat manusia,  percaya akan konsensus dan keyakinan untuk memberikan kepada perempuan hakhak  yang seharusnya mereka nikmati sebagaimana laki-laki. Hukum Islam tidak  memposisikan perempuan sebagai inferior terhadap laki-laki atau tidak mampu  memimpin. Menurutnya, konstruksi budayalah yang menjadikan perempuan  terbelakang dengan legitimasi oleh tafsir agama sehingga seolah-olah hal ini telah  menjadi ketetapan ajaran Islam.  Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana hak politik  perempuan dalam Islam menurut Benazir Bhutto, faktor-faktor yang melatar  belakanginya serta pengaruh pemikirannya tersebut bagi rakyat Pakistan khususnya  dan masyarakat dunia pada umumnya. Penelitian ini menggunakan teori panggung  oleh Erving Goffman. Maksud dari teori ini adalah Benazir Bhutto, sebagai tokoh  sentral, memiliki pengaruh besar dalam memperjuangkan hak-hak politik perempuan  di Pakistan. Setelah melakukan penelitian dapat diketahui bahwa intensitas pemikiran  dan kerja kerasnya dapat memberikan pembaruan baik secara formal maupun nonformal  bagi perempuan di Pakistan. Kebebasan secara sosial, politik maupun  ekonomi dapat diakses oleh siapapun tanpa adanya diskriminasi gender.  Perjuangannya yang tiada henti dapat meruntuhkan kezaliman penguasa tersebut  sehingga melahirkan pemerintahan yang demokratis, terutama bagi perempuan yang  memiliki kebebasan memilih (free of choice) atas dasar hak-haknya yang sama  dengan laki-laki.
%Z Pembimbing : Prof. Drs. Yudian Wahyudi, MA., Ph.D.