@mastersthesis{digilib70109, month = {January}, title = {TAFSIR PEGON MUHAMMADIYAH KARYA KRH. HADJID}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 20205032018 Adib Falahuddin}, year = {2025}, note = {Prof. Dr. Muhamamd, M. Ag}, keywords = {Genealogis, Micro Level, Macro Level, Tafsir Fati{\d h}ah, Tafsir Al-Manar}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70109/}, abstract = {Mayoritas rujukan tafsir di Indonesia setelah abad ke-19 berasal dari pemikiran dan pendekatan ulama modernis seperti Muhammad Abduh, Rasyid Rida, Abul Kalam Azad, Sayyid Qutb, dan {\d T}an{\d t}awi Jawhari. Muhammadiyah, termasuk pergerakan yang mewarisi gagasan Muhammad Abduh. Selanjutnya, KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh yang menerima gagasan Muhammad Abduh melanjutkan gagasan-gagasan tersebut kepada penerusnya, salah satunya adalah KRH. Hadjid yang mengeluarkan karya Tafsir Fati{\d h}ah yang menggunakan aksara Pegon. Pemilihan Tafsir Fati{\d h}ah sebagai objek kajian karena Tafsir Fati{\d h}ah merupakan karya tafsir Muhammadiyah pertama yang menggunakan aksara Pegon. Selain itu, tidak adanya perujukan yang jelas dalam Tafsir Fati{\d h}ah menarik untuk ditelusuri asal usul rujukan yang digunakan KRH. Hadjid dalam tafsirnya. Kajian ini bermaksud mengeksplorasi relasi genealogis Tafsir Fati{\d h}ah, karya KRH. Hadjid, murid langsung dari KH. Ahmad Dahlan dengan Tafsir al-Manar. Kajian ini merupakan penelitian pustaka dengan metode kualitatif, dengan teori genealogical tradition Walid A. Saleh yang terdiri dari micro level dan macro level sebagai alat analisis. Micro level merupakan pembacaan mendalam terhadap Tafsir Fati{\d h}ah sedangkan macro level diterapkan dengan membandingkan penafsiran dalam Tafsir Fati{\d h}ah dan Tafsir al-Manar. Hasil dari kajian ini adalah Indonesia memiliki hubungan intelektual yang erat dengan Timur Tengah melalui dua jalur utama, yakni Indonesia-Hijaz dan Indonesi-Mesir. Hubungan intelektual tersebut bertransmisi melalui para cendekiawan yang memperdalam ilmu di tanah Haramain dan juga melalui majalah-majalah seperti al-Manar. Transmisi keilmuan tersebut diterima dengan baik oleh Muhammadiyah sejak awal didirikannya oleh KH. Ahmad Dahlan. Selanjutnya, KH. Ahmad Dahlan sebagai tokoh yang menerima gagasan Muhammad Abduh melanjutkan gagasan-gagasan tersebut kepada penerusnya, salah satunya adalah KRH. Hadjid yang mengeluarkan karya Tafsir Fati{\d h}ah. Tafsir Fati{\d h}ah yang ditulis dengan aksara Pegon, menggeser pendapat lama yang menyatakan bahwa tafsir Muhammadiyah hanya tersedia dalam aksara carakan dan latin. Penggunaan Pegon pada penulisan tafsir juga memberikan gambaran bahwa keberadaan aksara Pegon bukan merupakan hal yang asing bagi masyarakat Kauman. Tafsir Fati{\d h}ah menyebarkan ide pembaruan dengan menekankan fungsi akal sebagai alat ijtihad dan mencegah sikap taklid serta memberantas bidah. Hal ini merupakan implikasi dari pengaruh Tafsir al-Manar terhadap Tafsir Fati{\d h}ah. Pengaruh Tafsir al-Manar terhadap Tafsir Fati{\d h}ah terdapat dalam penafsiran umm al-Kitab, basmallah, hidayah, ?orang-orang yang dimurkai? dan ?orang-orang yang sesat?.} }