%0 Thesis %9 Skripsi %A Lahiria Wuliana Ahromi, NIM.: 21105020021 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:70111 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kematangan Beragama, Simpul Iman Community (SIM – C), Gordon W. Allport %P 100 %T KEMATANGAN BERAGAMA ANGGOTA KOMUNITAS SIMPUL IMAN COMMUNITY (SIM – C) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70111/ %X Simpul Iman Community (SIM – C) merupakan forum dialog teologis lintas agama yang melibatkan mahasiswa dari Universitas Sanata Dharma, Universitas Kristen Duta Wacana, dan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga. Komunitas ini dibentuk sebagai upaya untuk memelihara toleransi serta kasih sayang yang diajarkan oleh setiap agama. Selain itu, banyak anggotanya yang berasal dari latar belakang calon pemuka agama, sehingga mereka membutuhkan kemampuan untuk membimbing umat menuju kerukunan dan keharmonisan. Perbedaan keyakinan yang ada di antara mereka dapat menjadi sumber kebingungan, atau bahkan konflik, jika tidak dikelola dengan bijak. Hal ini menuntut setiap anggota untuk menjaga integritas keyakinan agama masing-masing, sambil tetap terbuka dan saling menghormati satu sama lain. Adapun tujuan penelitian ini untuk mengkaji lebih dalam mengenai kematangan beragama anggota SIM – C, khususnya dalam kaitannya dengan perbedaan keyakinan yang ada diantara mereka, dan untuk memahami bagaimana mereka memadukan keyakinan pribadi dengan komitmen dalam memelihara toleransi antarumat beragama. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan psikologi. Data dikumpulkan melalui wawancara mendalam, observasi langsung, dan analisis dokumen. Dalam proses analisis data, peneliti menggunakan teori kematangan beragama Gordon W. Allport. Teori ini membantu memahami bagaimana kematangan beragama anggota komunitas Simpul Iman Community melalui enam indikator, yaitu: berpengetahuan luas dan rendah hati, agama sebagai kekuatan motivasi, konsisten terhadap konsekuensi moral, memiliki pandangan hidup yang komprehensif, pandangan hidup yang integral, dan sikap heuristik. Pendekatan ini memudahkan peneliti untuk melihat bagaimana anggota tersebut terbuka dalam menghadapi perbedaan agama dan memelihara toleransi antar umat beragama. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kematangan beragama anggota SIM – C dipengaruhi oleh kombinasi faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal, seperti refleksi pribadi, pengalaman hidup serta dorongan untuk terus belajar dan memperdalam pemahaman agama, serta faktor eksternal, seperti dukungan keluarga, pendidikan agama, dan keterlibatan dalam komunitas lintas agama membentuk kematangan beragama mereka. Keterlibatan dalam komunitas seperti Simpul Iman Community (SIM-C) yang inklusif juga memberi kontribusi signifikan terhadap pengembangan sikap kritis, toleransi, dan pemahaman agama yang lebih mendalam di kalangan informan. Pada indikator berpengetahuan luas dan rendah hati, 7 dari 9 informan telah mencapainya melalui diskusi dan pencarian informasi baru, sementara 2 lainnya jarang melakukannya. Dalam indikator agama sebagai kekuatan motivasi, 7 informan merasa agama membantu mereka berkembang melalui pengalaman khusus, sedangkan 2 lainnya belum mengalaminya. Semua informan memenuhi indikator konsistensi moral, mengakui peran agama dalam membedakan benar dan salah. Pada indikator pandangan hidup yang komprehensif, 7 informan merasa pandangan agama memberikan kejelasan tujuan hidup, tetapi 2 lainnya merasa tidak terbantu. Semua informan memenuhi indikator pandangan hidup yang integral, menganggap teknologi dan media sosial perlu diseimbangkan dalam perspektif agama. Indikator heuristik menunjukkan 8 informan terbuka terhadap wawasan baru, sementara 1 informan menolak ajaran yang berbeda dengan keyakinannya. %Z Roni Ismail, S.Th.I., M.S.I.