TY - THES N1 - Dr. Masroer, S.Ag. M.Si ID - digilib70129 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70129/ A1 - Urpiani, NIM.: 22205022003 Y1 - 2025/01/07/ N2 - Penelaitian ini dilatarbelakangi oleh perhatian penulis terhadap potret kerukunan beragama di Indonesia, termasuk kerukunan beragama yang terjadi antara NU dan Ahmadiyah di Majeluk, Kelurahan Pejanggik, Kota Mataram NTB. Kerukunan beragama ditengah perbedaan, menjadi suatu yang penting sebab dapat menimbulkan kehidupan bermasyarakat dan bernegara yang tenang, aman dan damai. Sebagai mana landasan hidup masyarakat Suku Sasak, lamun te rukun aman pengirupan, lamun te ndk rukun kacau pengirupan (kerukunan dapat menciptakan keamanan, sedangkan ketidak rukunan akan menimbulkan kekacauan). Kehidupan masyarakat Majeluk yang rukun dan harmonis dapat menjadi contoh bagi daerah lain dalam menyikapi perbedaan. Sebab persoalan agama dan keyakinan, merupakan persoalan yang sensitive, sehingga rentan menyebabkan terjadinya konflik. Peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif, dengan jenis pendekatan penelitian yakni etnometodologi. Teori interaksi sosial ialah teori yang peneliti gunakan untuk menganalisis model kerukunan beragama, dan faktor pendukung serta penghambat kerukunan beragama antara NU dan Ahmadiyah di Majeluk, Kelurahan Pejanggik, Kota Matram, NTB. Sumber data dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni, data primer dan data skunder. Sedangkan teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, dilakukan melaui tiga tahap yakni observasi, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunujukkan bahwa kerukunan beragama yang terjadi antara NU dan Ahmadiyah di Majeluk, tidak terlepas dari peran aktif seluruh elemen masyarakat, dan interaksi sosial yang dilakukan. Proses interaksi sosial menimbulkan kegiatan sosial keagamaan yang dapat membuka ruang untuk lebih saling mengenal. Kegiatan sosial keagamaan seperti gotong royong, saling pesilak, berbagi makana, belangaran dan zikir bersama merupakan bentuk-bentuk kegiatan sosial yang menjadi model kerukunan beragama yang terus dilakukan dan diupayakan oleh masyarakat Majeluk. Adapun faktor pendukung kerukunan beragama antara NU dan Ahmadiyah terbagi menjadi 5 hal yakni: keterbukaan dan kesamaan visi dalam mengelola keberagama, peran aktif tokoh pemerintah, peran aktif tokoh agama, kesamaan suku, dan sikap kekeluargaan. Sedangkan faktor penghambat kerukunan beragama antara NU dan Ahmadiyah terbagi menjadi 3 hal yakni: kurangnya kesadaran akan mempraktikkan nilai-nilai luhur Islam yang toleran dan moderat, berkembangnya stigma negative terhadap Jemaat Ahmadiyah, serta pengaruh situasi dan kondisi politik. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Kerukunan Beragama KW - Masyarakat KW - Toleransi KW - NU KW - Ahmadiyah M1 - masters TI - MODEL KERUKUNAN INTERNAL AGAMA ANTARA NAHDATUL ULAMA (NU) DAN AHMADIYAH DI MAJELUK KELURAHAN PEJANGGIK, KOTA MATARAM NUSA TENGGARA BARAT (NTB) AV - restricted EP - 128 ER -