@mastersthesis{digilib70160, month = {January}, title = {DEKONSTRUKSI KONSEP INKAR AS-SUNNAH MODERN}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 22205032058 Anugrah Eran Batu}, year = {2025}, note = {Dr. Muhammad Akmaluddin, M.S.I}, keywords = {Dekonstruksi, Konsep Inkar as-sunnah, Inkar as-sunnah Modern}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70160/}, abstract = {Konsep Inkar as-sunnah yang selama ini dipahami sebagai respon ulama terhadap pemikiran yang menentang sunnah sebagai hujjah, ketika dihadirkan di zaman modern justru menjadi alat untuk menekan nalar kritis cendikiawan muslim. Hal ini tampak dari gugatan tokoh-tokoh reformis seputar otoritas dan otentisitas hadis yang mendapat kecaman dari sarjanawan hadis tradisionalis. Mu{\d s}{\d t}afa al-Siba?I dan Mu{\d s}{\d t}afa al-A?{\d z}amI misalnya, yang menempatkan A{\d h}mad Khan, Mu{\d h}ammad ?Abduh, RashId Ri{\d d}a, A{\d h}mad AmIn hingga Ab{\=u} Rayyah ke dalam bingkai Inkar as-sunnah dengan anggapan bahwa mereka telah mendistrosi hadis yang disebabkan oleh pengaruh orientalis yang ingin meruntuhkan keimanan umat Islam. Namun pandangan ini dibantah oleh kalangan sarjanawan Muslim kontemporer seperti Mun?im Sirry dan Aasia yusuf, bahwa tuduhan tersebut salah alamat. Pro-kontra yang terjadi dalam pelabelan disebabkan karna kompleksitas dan ambiguitas yang ada pada konsep Inkar as-sunnah modern. Untuk itu, konsep tersebut perlu untuk di dekonstruksi. Dalam merespon permasalah di atas, penelitian ini mengajukan dua pertanyaan utama: Pertama, bagaimana kompleksitas dan ambiguitas konsep Inkar as-sunnah modern? Kedua, bagaimana dekonstruksi konsep Inkar as-sunnah modern? pertanyaan-pertanyaan ini akan dielaborasikan dengan menggunakan pendekatan dekonstruksi Jacques Derrida dengan inkar al-sunnah modern sebagai lingkungan data. Penelitian ini tergolong dalam jenis penelitian library research dengan dokomentasi sebagai teknik pengumpulan data serta data condensation, data display, drawing and verifying conclusions sebagai teknik analisis data. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Konsep Inkar as-sunnah modern berdiri di atas alas yang goyah. Argumen ini didasarkan pada pendekatan dekonstruksi Jacques Derrida yang ditemukan kompleksitas konsep Inkar as-sunnah modern. Dikonstruk melalui pengadopsian fenomena pengingkar sunnah yang terjadi dimasa asy-Syafi?I, dengan pembacaan sarjanawan hadis tradisionalis bahwa gugatan para reformis terkait hadis, senada dengan gagasan para orientalis. Namun konsep tersebut tidak relevan dijadikan acuan untuk menilai paham pengingkaran sunnah, menimbang ambiguitas yang mengitarinya. Terdapat dua faktor penguat: Pertama, kerancuhan dalam internal teks. Dalam aspek istilah untuk pengingkar sunnah, ulama berbeda-beda, antara radd al-akhbar menolak atas dasar pengetahuan dan Inkar as-sunnah menolak tanpa dasar pengetahuan yang secara etimologis kontradiktif. Istilah terakhir yang paling umum digunakan. Hal ini mengandung dua hal, tidak jelasnya acuan menetapkan suatu istilah serta aspek sentimental untuk melemahkan eksistensi tokoh-tokoh yang dilabeli. Di samping itu, juga tampak pada aspek definisi, disebabkan klasifikasi pengingkar sunnah total dan parsial yang kontradiktif dengan implikasi hukumnya hanya mengandung total seperti yang dijelaskan oleh Ibn Hazm dan Ayy{\=u}b al-SakhtiyanI. Atas dasar ini sikap Hasbi Ash-Shiddieqy dapat diterima, yang tidak setuju dengan pengelompokan pengingkar hadis a{\d h}ad ke dalam golongan Inkar as-sunnah. Dalam artian hanya penolakan total yang relevan. Kedua, problematika dalam pelabelan. Gagasan dasar dari pelabelan sejumlah reformis adalah keterpengaruhan orientalis, khususnya dalam konteks kapasitas hadis a{\d h}ad yang harus melewati tes probalitas untuk dapat dijadikan hujjah. Namun pandangan ini terbantahkan dengan fakta bahwa gagasan mereka bukanlah hal baru dalam khazanah keilmuan Islam, metodologi u{\d s}{\=u}l al-fiqh telah mendahuluinya. Di sisi lain, tidak cukup bukti untuk menyatakan bahwa gagasan mereka dipengaruhi oleh pemikiran orientalis. Atas dasar ini, argumen yang mengatakan bahwa hadirnya konsep Inkar as-sunnah modern ditujukan untuk menekan nalar kritis cendikiawan Muslim, dapat dibenarkan. Adapun aspek lain yang terkandung dalam konsep Inkar as-sunnah modern yaitu hadirnya entitas antara na{\d s}Ir al-sunnah dan Inkar as-sunnah. Dua entitas ini menunjukkan suatu hirarki yang tampak dalam konteks menyikapi sunnah. Na{\d s}Ir al-sunnah bertumpuh pada pandangan ortodoks, menemukan otoritasnya dalam berbagai kitab ?ul{\=u}m al-{\d h}adI{\.s}, sebaliknya, Inkar as-sunnah secara hetorodoks sukar adanya kesamaan pandangan dalam berbagai literatur. Pada akhirnya, na{\d s}Ir al-sunnah menemukan kekuatannya untuk menetapkan tokoh-tokoh yang dapat dilabeli Inkar as-sunnah. Namun kekuatan ini berbalik dalam konteks menyikapi modernitas. Inkar as-sunnah menemui wujudnya dalam kelompok modernis-reformatif, sedangkan na{\d s}Ir al-sunnah menemui wujudnya dalam kelompok tradisionalis-konservatif. Hasilnya, para modernis-reformatif mendapatkan ruang dalam merespon sunnah vis-a-vis modernitas yang dibaca sebagai upaya melindungi sunnah dari ancaman keterpakuan tekstual, yang mengabaikan peluang adanya luput dari para ulama klasik sebagai manusia biasa, disamping membuka kembali pintu ijtihad. Sedangkan tradisionalis-konservatif menutup rapat pintu ijtihad, sehingga membatasi akal dan membekukan masyarakat. Namun di satu sisi, mereka menilai paham non-konformis, cenderung bersifat defensif, berusaha menanggapi arus modernitas sebagai produk pemikiran barat (orientalis). Pada tataran ini, fenomena oposisi-biner dalam konsep Inkar as-sunnah terguncang, dengan fakta bahwa tokoh-tokoh Inkar as-sunnah menemukan ruang otoritasnya dalam konteks menyikapi modernitas. Namun bukan berarti tidak adanya kesamaan yang dapat ditemukan, karna asasinya, titik temu ada pada upaya melindungi integritas sunnah atau hadis (wiqayah al-{\d h}adI{\d s}).} }