@mastersthesis{digilib70258, month = {January}, title = {PARENTING KELUARGA TERHADAP PENDIDIKAN TINGGI PEREMPUAN SUKU SASAK DI DESA PEJANGGIK LOMBOK TENGAH}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 22200012051 Husniati}, year = {2025}, note = {Dr. Nina Mariani Noor, S.S., M.A}, keywords = {Parenting, Perempuan, Pendidikan Tinggi, Suku Sasak}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70258/}, abstract = {Pendidikan bagi anak laki-laki dan perempuan seharusnya tidak dibedakan, terutama dalam akses pendidikan tinggi. Namun, di Desa Pejanggik, tingkat partisipasi perempuan dalam pendidikan tinggi masih tergolong rendah. Hal ini disebabkan oleh kuatnya pengaruh budaya setempat, terutama parktik maerarik kodeq (pernikahan dini), kondisi ekonomi yang terbatas, serta sistem patriarki yang masih mengakar. Faktor-faktor tersebut berkontribusi pada keterlambatan perempuan dalam mengenyam pendidikan tinggi. Oleh karena itu, pola asuh yang diterapkan orang tua memiliki peran penting dalam menentukan apakah anak perempuan dapat menembus hambatan budaya dan memperoleh kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, meskipun mereka hidup dalam lingkungan dengan nilai-nilai tradisional yang kuat. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pandangan orang tua terhadap pendidikan tinggi bagi perempuan serta pola pengasuhan yang diterapkan dalam mendukung anak perempuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi. Selain itu, penelitian ini juga mengkaji faktor-faktor yang menyebabkan keterlambatan pendidikan tinggi bagi perempuan. Kemudian metode penelitian menggunakan kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Adapun dalam pengambilan data menggunakan teknik sampling kuota dengan informan terdiri dari enam orang tua dan dua orang anak perempuan remaja. Pengambilan data menggunakan wawancara semi struktur, observasi dan dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa terdapat tiga pandangan mengenai pendidikan tinggi anak perempuan yaitu bagus, penting dan membanggakan. Kemudian terdapat juga pandangan orang tua terhadap pendidikan anak menyebabkan uang mahar dan kepeng pelakoq (uang panai) mahal. Terkait dengan parenting, ada dua hal yang penting disoroti yakni pertama komunikasi orang tua dan anak mengenai pendidikan tinggi yang meliputi peraturan dan aturan bagi anak perempuan yang melanjutkan pendidkan tinggi, tuntutan bagi anak perempuan melanjutkan pendidikan tinggi. Kedua, membangun kepercayaan antara orang tua dan anak terkait pendidikan tinggi bagi perempuan yang meliputi kepercayaan bersayarat, larangan pacaran dan tidak menikah sebagai syarat untuk melanjutkan pendidikan. Dalam hal ini ada dukungan dari orang tua untuk anak perempuan sehingga anak perempuan dapat melanjutkan pendidikan tinggi. Meskipun ada tantangan seperti kemiskinan dan parktik budaya yang patrarki yang dapat menghambat perempuan untuk melanjutkan pendidikan tinggi, namun dalam pola pengasuhan, terdapat beberapa upaya yang memungkinkan perempuan dapat mencapai keinginan untuk melanjutkan pendidikan.} }