@phdthesis{digilib70274, month = {January}, title = {TRADISI PEMBACAAN AYAT AL-HIRZI (STUDI WIRID DI PONDOK PESANTREN AL-FATAH, TEMBORO, KARAS, MAGETAN, JAWA TIMUR)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 21105030129 Ali Imron}, year = {2025}, note = {Asep Nahrul Musadad, S.Th.I, M.A}, keywords = {Ayat Al- Hirzi, Jamaah Tabligh, Resepsi Fungsional, Tradisi Wirid, Dinamika Keagamaan}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70274/}, abstract = {xiv Tradisi pembacaan Ayat Al-Hirzi di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro menarik untuk dikaji karena keberadaannya yang unik di lingkungan pesantren yang berafiliasi dengan Jamaah Tabligh. Kegelisahan utama dalam penelitian ini muncul dari adanya anggapan bahwa Jamaah Tabligh lebih menekankan pada praktik ibadah yang berfokus pada sunnah Nabi dan menghindari amalan yang tidak memiliki dasar kuat dalam hadis dan Al-Qur?an, sementara amalan seperti wirid dan doa-doa tertentu lebih identik dengan tradisi Nahdlatul Ulama (NU). Namun, kenyataannya, santri dan pengasuh Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro tetap mengamalkan pembacaan wirid yang disebut Ayat Al-Hirzi sebagai bagian dari rutinitas spiritual mereka. Fenomena ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana tradisi tersebut berkembang dan dipertahankan dalam lingkungan pesantren yang menganut ajaran Jamaah Tabligh. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode observasi, wawancara, dan studi literatur. Untuk menganalisis fenomena ini, penelitian ini menggunakan teori resepsi fungsional guna memahami bagaimana teks Al-Qur?an, dalam hal ini Ayat Al-Hirzi, diterima dan dimaknai oleh komunitas pesantren. Berdasarkan pendekatan tersebut, penelitian ini merumuskan dua permasalahan utama: bagaimana tradisi pembacaan Ayat Al-Hirzi di Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro berkembang, serta bagaimana kyai dan santri memaknai pembacaan {\=A}y{\=a}t al-{\d H}irz{\=i} dalam konteks pesantren tersebut. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tradisi pembacaan Ayat Al-Hirzi tetap lestari karena dipandang sebagai doa perlindungan sekaligus wirid harian yang memberikan ketenangan batin dan mendekatkan santri dengan Al-Qur?an. Tidak hanya di lingkungan pesantren, alumni yang telah menyelesaikan pendidikan di Pondok Al-Fatah Temboro tetap mengamalkan tradisi ini sebagai pegangan dalam menghadapi berbagai tantangan di luar pesantren. Temuan ini mengonfirmasi bahwa resepsi terhadap teks Al-Qur?an bersifat dinamis, dipengaruhi oleh konteks sosial, pengalaman spiritual, serta kebutuhan individu, sehingga terjadi pergeseran makna dalam praktik keagamaan mereka. Keunikan Pondok Pesantren Al-Fatah Temboro terletak pada kemampuannya mengakomodasi tradisi wirid yang identik dengan NU di tengah identitasnya sebagai pesantren Jamaah Tabligh, menciptakan sintesis yang harmonis dalam praktik keberagamaan santri dan pengasuhnya.} }