%0 Thesis %9 Skripsi %A Hashin, NIM.: 99363754 %B FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM %D 2006 %F digilib:70494 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K civil society; demokratisasi; jejak karir; liberalism pemikiran %P 307 %T ARKEOLOGI PEMIKIRAN CIVIL SOCIETY DALAM KHAZANAH INTELEKTUAL ISLAM TRADISIONALIS DAN MODERNIS INDONESIA (STUDI KOMPARATIF ATAS PARADIGMA PEMIKIRAN SOSIAL POLITIK ISLAM ABDURRAHMAN WAHID DAN NURCHOLISH MADJID) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70494/ %X Diskursus civil society marak diperbincangkan di Indonesia ketika terjadi perubahan kondisi sosial politik yang disponsori oleh gerakan besar Reformasi. Seiring dengan proses perubahan ini, tercetus sebuah ide membentuk masyarakat madani dalam perspektif ke-Indonesia-an. Istilah Masyarakat Madani kemudian menjadi sebuah paradigma altematif untuk mewujudkan cita-cita negara demokratis, berkeadilan, dan mengayomi sendi-sendi kemanusiaan. Di kalangan publik, civil society diinterpretasi dan diadaptasi dalam berbagai kosakata, di antaranya masyarakat kewargaan, masyarakat utama, masyarakat sipil, dan masyarakat madani. Dan di antara berbagai terminologi tersebut, terdapat dua kecenderungan besar dalam wacana civil society, yakni "Masyarakat Sipil" yang disintesakan dari pemikiran filsafat sosial Barat dan "Masyarakat Madani" yang diderivasikan dari pemikiran sosial politik Islam. Dalam konteks dua kecenderungan ini, pencarian konsep, rekonstruksi sejarah, relevansi pemikiran serta perjuangan civil society kemudian menemukan satu titik signifikansi sekaligus menjadi sesuatu yang menarik untuk diteliti dan dikaji. Maksud penelitian ini semata-mata difokuskan pada upaya membedah pemikiran Abdurrahman Wahid mengenai masyarakat sipil dan pemikiran Nurcholish Madjid tentang masyarakat madani dengan merunut kembali akar historis yang dijadikan oleh keduanya sebagai referensi. Dan mengingat konsep civil society bukanlah sebuah proses yang final atau sudah jadi, maka untuk memahaminya secara komprehensif haruslah dianalisis dengan menggunakan pendekatan arkeologis. Pendekatan arkeologis dimaksudkan untuk menelaah kembali formulasi civil society dan melacak kembali akar pemikiran yang menjadi rujukan Abdurrahman Wahid dan Nurcholish Madjid dalam mengkonseptualisasikan visi masyarakat sipil dan masyarakat madani. Melalui pendekatan arkeologis, dapat diungkapkan kemudian bahwa gagasan Abdurrahman Wahid mengenai masyarakat sipil sesungguhnya memiliki kemiripan dengan pemikiran Gramscian-Tocquevillan yang menekankan pada kemandirian masyarakat dalam hubungannya dengan negara dengan melakukan counter culture terhadap ideologi, pemikiran maupun paham keagamaan yang kontra produktif dengan demokratisasi dan civil society. Pandangan Abdurrahman Wahid seperti ini sangatlah berbeda dengan pandangan Nurcholish Madjid dalam menggagas masyarakat madani yang meskipun bemuansa Hegelian namun sebenarnya lebih berorientasi pada penciptaan kelas menengah sebagai basis pemberdayaannya. Bahkan dalam beberapa hal, pandangan Nurcholish Madjid mengenai masyarakat madani temyata tidak cukup arif terhadap masyarakat traditional, etnik dan budaya lokal, karena lebih bemuansa keislaman dan kemodernan. Dan disamping bias kelas, pandangan Nurcholish Madjid juga lebih mementingkan agenda Islam daripada agenda nasional karena diarahkan pada upaya menempatkan masyarakat madani sebagai proyeksi sekaligus ekspektasi sebuah konfigurasi masyarakat yang Islami. %Z Prof. Drs. H. Zarkasy Abd. Salam