%0 Thesis %9 Masters %A Rijal Ali, NIM.: 22205032065 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:70964 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Quraish Shihab; Tafsir al Qur’an al Karim; Adabi Bayani. %P 159 %T MANHAJ ADABI BAYANI (STUDI ATAS METODE PENAFSIRAN QURAISH SHIHAB DALAM TAFSIR AL-QUR’AN AL-KARIM) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/70964/ %X Dominasi pengkajian terhadap Tafsir al-Mishbah berdampak pada fragmentarisasi terhadap keilmuan dan intelektualitas Quraish Shihab. Pembacaan yang ideal terhadap tokoh yang memiliki banyak karya tafsir seperti Quraish Shihab adalah dengan membaca secara komprehensif dan menghindari ekslusivitas pembacaan salah satu karya tertentu saja. Selain sebagai sosok yang concern dengan isu sosial, Quraish Shihab juga dikenal dengan karya-karya tafsirnya yang bercorak sastra (adabī). Untuk itu, diperlukan adanya pengkajian terhadap aspek adabī sebagai sudut pandang baru dalam mendudukkan keilmuan dan intelektualitas Quraish Shihab. Berdasarkan latar belakang tersebut, penelitian ini berupaya untuk mengungkap sisi lain dari keilmuan dan intelektualitas Quraish Shihab melalui pengkajian terhadap manhaj adabī bayānī dalam Tafsir al Qur’an al Karim. Pengungkapan aspek sastra ini memberikan perbedaan sudut pandang yang signifikan mengenai keilmuan dan intelektualitas Quraish Shihab yang selama ini lebih diidentikkan dengan citra kontekstualis dibandingkan citra adabī. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif kepustakaan dengan menjadikan Tafsir al Qur’an al Karim sebagai sumber data utama dan kerangka teori tafsir sastra atau adab untuk mengindentifikasi posisi Quraish Shihab di antara berbagai kecenderungan dan kontribusi pada diskursus tafsir adabī. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa manhaj adabī bayānī diaplikasikan Quraish Shihab pada penafsirannya merupakan sintesis dari pengaruh turas yang diperolehnya selama belajar di al Azhar Mesir dengan kebutuhan kontekstualisasi di Indonesia. Manhaj adabī bayānī tersebut dikonstruksi atas unsur unsur fundamental dan komplementer. Tartīb nuzūlī pada Tafsir al Qur’an al Karim hanya bersifat komplementer. Adapun unsur fundamentalnya adalah analisis retorika Al Qur’an terhadap penggunaan suatu kata atau ungkapan tertentu. Manhaj adabī bayānī Quraish Shihab secara genealogis terafiliasi dengan mazhab adabī yang digagas oleh Amīn al Khūlī, sebagaimana terlihat dari kemiripan pengaplikasian metode penafsiran Quraish Shihab dengan Bint as Syāṭī yang sama sama menekankan pada analisis retorika Al Qur’an. Meski demikian, Quraish Shihab memiliki preferensi yang berbeda dalam sistematika Al Qur’an dengan tokoh tokoh adabī pada umumnya yang menggunakan tartīb nuzūlī, sedangkan Quraish Shihab menggunakan tartīb muṣhafī. Quraish Shihab mengoperasikan manhaj adabī bayānī pada penafsirannya sebagai metode yang mengantarkannya pada tujuan utama, yakni membumikan Al Qur’an. Hal demikian menegaskan bahwa Tafsir al Qur’an al Karim adalah representasi ideal karya tafsir adabī ijtimā‘ī. %Z Dr. Phil. Mu’ammar Zayn Qadafy, M.Hum