TY - THES N1 - Muhammad Hidayat Noor, S.Ag M.Ag ID - digilib71159 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/71159/ A1 - Abdurrochman, NIM.: 18105030066 Y1 - 2025/03/17/ N2 - Surah al-Ahzab ayat 56 dalam al-Qur?an merupakan perintah untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang memiliki makna harfiah sebagai doa dari makhluk berderajat rendah kepada yang lebih tinggi. Penafsiran terhadap ayat ini semakin berkembang seiring adannya perkembangan zaman. Karenannya, peneliti merasa perlu membandingkan tafsiran Surah al-Ahzab ayat 56 oleh Bisri Musthafa dalam Tafsir Al-Ibriz dan Muhammad Quraish Shihab dalam Tafsir al-Misbah. Karya Bisri Musthafa diterbitkan pada masa Orde Lama, sementara karya Shihab diterbitkan pada awal Reformasi dengan selisih waktu 47 tahun. Selisih ini mengandung dinamika penafsiran yang dipengaruhi oleh perubahan konteks sosial audien dan penulis tafsir yang tidak terelakan. Penelitian ini bertujuan untuk menggali makna yang mendalam dari shalawat dan mengungkapkan pengaruhnya, baik secara sosial maupun spiritual dalam kehidupan umat Islam. Hal ini penting mengingat hingga kini masih jarang referensi yang membangun pemahaman umat Islam mengenai shalawat sejatinnya adalah kewajiban yang berkembang menjadi tradisi dan budaya. Kedua penafsir sepakat bahwa Surah al-Ahzab ayat 56 merupakan perintah bagi umat Islam untuk bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW, yang dianggap kewajiban bagi orang beriman. Mereka juga sepakat bahwa Allah dan malaikat-Nya bershalawat kepada Nabi, meskipun dengan makna berbeda. Shalawat dari Allah adalah penghormatan, sementara dari malaikat adalah doa dan permohonan ampunan. Namun, terdapat perbedaan dalam penafsiran. Quraish Shihab memberikan penjelasan semantik yang lebih kompleks, menghubungkan kata salla dengan kebaikan dan kebajikan, sementara Bisri Musthafa mengartikan shalawat secara harfiah sebagai doa dan penghormatan. Bisri Musthafa menerima tiga redaksi berupa shallallahu alai hiwasallam atau Shalawatullahi wasalamun alaih dan allahumma Shalli wa sallim ?ala sayyidina muhammad wa alihi wa sohbihi wa at tabi?i na at tabi?ina ajma?ina. Sedangkan Quraish shihab hanya menyebutkan 2 redaksi awal disertai argumen redaksi shalawat minimal yang bernilai baik seperti yang diajarkan nabi (hadis). Menariknya, argumen redaksi Bisri bertentangan dengan redaksi pada praktik tradisi shalawat seperti barzanji dsb. di kalangan Nahdhatul Ulama saat ini. Pertentangan ini disebabkan beliau hannya menerima 3 redaksi diatas, sementara ketika menggunakna argumen Quraish Shihab, maka seluruh redaksi shalawat akan diterima selagi shalawat minimal bernilai baik seperti yang diajarkan nabi. Fakta lainnya adalah, kenyataan bahwa Bisri yang termasuk pelopor awal berdirinnya ormas NU,pendapatnya tidaklah digunakan sebagai acuan hukum dalam beragama. Tanpa mengurangi rasa hormat peneliti kepada kedua tokoh tafsir di atas, menurut peneliti kedua penafsiran di atas saling melengkapi satu sama lain dan menjadi khazanah keilmuan dalam agama Islam meskipun terdapat perbedaan dalam latar belakang pemikiran. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Shalawat KW - Tafsir Quraish Shihab KW - Tafsir Bisri Musthaf M1 - skripsi TI - PENAFSIRAN SURAT AL AHZAB AYAT 56 TENTANG SHALAWAT (STUDI KOMPARASI TAFSIR AL MISBAH KARYA QURAISH SHIHAB DAN TAFSIR AL IBRIZ KARYA BISRI MUSTHAFA) AV - restricted EP - 99 ER -