TY - THES N1 - Nafisatul Mu'Awwanah, M.A. ID - digilib71162 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/71162/ A1 - Ayyun Farikha Mutawally, NIM.: 19105030018 Y1 - 2025/02/05/ N2 - Ketika menafsirkan Al-Qur?an, beberapa mufasir cenderung merujuk pada kitab tafsir atau penafsiran mufasir sebelumnya. Begitu pula penafsiran yang dilakukan oleh Ibnu ?Asyur dalam kitab al-Tah}rir wa at-Tanwir, ia merujuk pada beberapa kitab tafsir mufasir sebelumnya ketika menafsirkan Al-Qur?an, salah satunya ialah kitab tafsir karya al-Zamakhsyari yang berjudul al-Kasysyaf. Menariknya, meskipun dalam melakukan penafsiran Ibnu ?Asyur banyak merujuk pada al-Zamakhsyari, namun penafsirannya tidak selalu sependapat dengan pemikiran serta penafsiran al-Zamakhsyari. Sebagaimana dalam penafsirannya terhadap makna qawwam dalam Q.S. an-Nisa? [4]: 34, yang mana ayat tersebut kerap menjadi dalil mengenai konsep qiwamah. Selain itu, kedua mufasir mengunakan metode dan corak penafsiran yang sama namun menghasilkan penafsiran yang berbeda terhadap Q.S. an-Nisa? [4]: 34. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan jenis pengumpulan data yang bersifat kepustakaan. Data yang dikumpulkan melalui cara dokumentasi selanjutnya diolah dengan cara mendeskripsikan data berupa penafsiran dan data historis kedua mufasir, kemudian dilakukan analisis dengan pendekatan komparatif. Secara spesifik, penelitian ini menggunakan alat analisis hermeneutika Gadamer dengan fokus pada teori effective history consciousness, pre-understanding, dan fusion of horizon. Untuk itu, terlebih dahulu penelitian ini memaparkan penafsiran yang dilakukan oleh al-Zamakhsyari dan Ibnu ?Asyur terhadap Q.S. an-Nisa? [4]: 34, kemudian menganalisis persamaan dan perbedaan penafsiran kedua mufasir serta menganalisis faktor-faktor yang melatarbelakangi adanya perbedaan tersebut. Temuan penelitian ini adalah: Pertama, mengenai penafsiran kata qawwam dalam Q.S. an-Nisa? [4]: 34, al-Zamakhsyari menafsirkan kata tersebut sebagai pemimpin atas perempuan yang berhak memerintah dan melarang perempuan layaknya pemerintah terhadap rakyatnya. Sedangkan Ibnu ?Asyur memaknai kata tersebut sebagai pelindung bagi perempuan yang bertanggung jawab untuk merawat dan memperbaikinya. Kedua, persamaan dalam penafsiran kedua mufasir terdapat pada metode dan corak yang digunakan. Adapun perbedaan antara penafsiran kedua mufasir berupa perbedaan dalam memaknai kata qawwam dalam Q.S. an-Nisa? [4]: 34. Selain itu, al-Zamakhsyari menetapkan konteks qiwamah dalam Q.S. an-Nisa? [4]: 34 berlaku dalam ranah publik dan domestik (rumah tangga), sedangkan Ibnu ?Asyur membatasi konteks ayat tersebut hanya pada ranah domestik. Adanya persamaan dan perbedaan tersebut dilatarbelakangi oleh pendidikan, kondisi sosial kultural serta perbedaan zaman antara kedua mufasir. PB - UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA KW - Q.S. an-Nisa [4]: 34 KW - Qiwamah KW - Al-Zamakhsyari KW - Ibnu ?Asyur M1 - skripsi TI - STUDI KOMPARATIF PENAFSIRAN AL-ZAMAKHSYARI DAN IBNU ?ASYUR MENGENAI QIWAMAH DALAM Q.S. AN-NISA? [4]: 34 AV - restricted EP - 122 ER -