@phdthesis{digilib71175, month = {March}, title = {ANALISIS HADIS-HADIS TENTANG ZAKAT: (STUDI ATAS KITAB MAU?IDZHAH AL-MUKMININ MIN IHYA?ULUMUDDIN)}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 21105050086 Nanang Maulana}, year = {2025}, note = {ILMU HADIS}, keywords = {Hadis, Zakat, Jamaluddin Al Qasimi, Mau'id{\d z}hah Al Mukminin}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/71175/}, abstract = {Zakat merupakan suatu kewajiban yang di syariatkan oleh Allah Swt. Kewajiban tersebut dimasukkan dalam rana rukun Islam yang lima. Dan posisi zakat sendiri masuk kedalam rukun Islam yang ke empat, maka dari itu Setiap muslim wajib untuk melaksanakannya. Kewajiban tersebut di limpahkan kepada muslim yang mampu serta mencapai Nishab dan Haul pada hartanya. Kewajiban zakat tersebut memiliki dampak yang positif didalam tatanan kehidupan masyarakat., Adapun dampak positif yang dihasilkan dari zakat tersebut bisa dilihat dari segi ekonomi, sosial dan ibadah yang disebabkan oleh nya. Adapun dalam penulisan skripsi ini, peneliti menemukan satu hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari Muslim dan Tarmizi (nomor hadis 2534). Dalam pembahasan zakat ini, penulis menemukan beberapa hadis dalam kitab Mau?id{\d z}hah Al Mukmin{\=i}n yang merupakan hadis umum. Namun di implementasikan dengan zakat dalam perspektif tasawuf. Hal itulah yang melatarbelakangi penulis untuk melakukan penelitian ini. Penelitian ini secara khusus bertujuan untuk menganalisis hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Muslim dan Tarmidzi (nomor hadis 2534) pada kitab Al Minhaj F{\=i} Syarah Muslim bin Al Hajjaj, dengan perbandingan hadis umum yang ada didalam kitab Mau?id{\d z}hah Al Mukmin{\=i}n. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif berbasis kepustakaan yang dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Adapun sumber data yang menjadi rujukan peneliti meracut kepada sumber primer dan skunder, data primer yang digunakan peneliti ialah kitab Mau?idzah Al Mukminin min Ihya Ulumiddin. Adapun data skunder/pendukung yang digunakan peneliti ialah beberpa literatur seperti buku buku, artikel dan karya tulis lainnya. Adapun hasil dari penelitian ini penulis menemukan adanya perbandingan yang mana terdapat pada hadis riwayat Imam Bukhari, Muslim dan Tarmidzi (nomor hadis 2534), terhadap hadis hadis umum yang ada dikitab Mau?id{\d z}hah Al Mukmin{\=i}n pada bab zakat sebagai berikut: pertama, peneliti menemukan bahwa hadis yang langsung bersentuhan dengan zakat, hanya satu hadis dan hadis dengan pendekatan tasawuf terdapat 3 hadis , masing masing dari hadis tersebut berkualitas shahih dan satu diantaranya berkualitas dha?if. Kedua, sebab Jamaluddin Al Q{\~a}simi mencantumkan hadis dha?if karna keterpaksaan dengan tidak adanya referensi hadis lain pada pembahasan tersebut pada kitab aslinya (Ihya?Ul{\=u}mudd{\=i}n). Ketiga, penulis menemukan dikitab asalnya (Ihya?Ul{\=u}mudd{\=i}n) sejumlah 33 hadis, masing masing hadis tersebut berkualitas dangan berbagai varian (shahih, dha?if), namun Jamaluddin Al Q{\~a}simi memilah hadis tersebut menjadi 4 hadis dengan masing masing berkualitas shahih dan hanya satu dha?if. Disini, Jamaluddin Al Q{\~a}simi terlihat tidak konsisten dalam memilahnya, sebab hadis hadis shahih lainnya yang berkaitan dengan zakat pada kitab asalnya (Ihya?Ul{\=u}mudd{\=i}n) terbilang cukup banyak, sementara Jamaluddin Al Q{\~a}simi lebih berfokus kepada hadis tasawufnya, dan meningggalkan banyak hadis fikihnya. Dari beberapa hadis tersebut Jamaluddin Al Q{\~a}simi mengulas masalah zakat, dengan pendalaman pada sudut pandang pengamalan batiniyahnya, karna beliau melihat bukan hanya maslahat zhahiriyahnya saja yang penting, akan tetapi maslahat batiniyahnya dalam pengamalan zakat juga sangat penting, karna maslahat batiniyah adalah pinal trakhir dari diterimanya amal seorang hamba. selain itu, pengamalan zakat dalam segi batiniyah ini dapat menjadi sarana untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah SWT. Dari penelitian yang dilakukan penulis menemukan bahwa penjelasan zakat yang diterapkan oleh Jamaluddin Al-Qasimi memiliki satu kecondongan yaitu kecondongan dalam segi sudut pandang tasawuf.} }