@phdthesis{digilib71996, month = {June}, title = {DASEIN DAN KHUDI: STUDI KOMPARATIF ANTARA PEMIKIRAN MARTIN HEIDEGGER DAN MUHAMMAD IQBAL}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 21105010011 Muhammad Riski}, year = {2025}, note = {Muhammad Arif, S. Fil. I., M.Ag.}, keywords = {Metafisika, Eksistensialisme, Dasein, Khudi, Martin Heidegger, Muhammad Iqbal}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/71996/}, abstract = {Martin Heidegger melalui konsep dasein dalam Being and Time, menawarkan pendekatan eksistensial-fenomenologis terhadap keberadaan manusia, dengan penekanan pada keontetikan, kesadaran akan kematian, dan keterlemparan dalam dunia. Sementara itu, Muhammad Iqbal mengembangkan konsep khudi sebagai inti metafisika Iqbal yang menekankan perkembangan spiritual manusia menuju kesempurnaan dalam relasi dengan Tuhan. Meskipun berasal dari tradisi yang berbeda, keduanya sepakat bahwa manusia modern mengalami keterputusan dari sumber makna yang sejati. Pemulihan makna hanya dapat diperoleh melalui pemahaman yang lebih mendalam terhadap eksistensi. Kemiripan pemikiran antara Heidegger dan Iqbal dalam penekanan eksistensi manusia ini tentu menarik untuk dikaji lebih jauh. Kemenarikan dari penelitian komparatif antara kedua tokoh tersebut juga terletak pada kurangnya kajian yang mengkomparasikan pemikiran kedua tokoh tersebut. Sejauh pengamatan penulis, belum ada literatur yang membandingkan pemikiran kedua tokoh tersebut. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan filosofiskomparatif. Penelitian filosofis-komparatif adalah suatu metode penelitian yang membandingkan konsep, gagasan, teori, atau pemikiran dari dua atau lebih sistem filsafat, tradisi pemikiran, atau filsuf dengan tujuan menemukan persamaan, perbedaan, dan impilkasi filosofisnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Heidegger dan Iqbal memiliki beberapa perbedaan dan persamaan. Perbedaan antara keduanya terletak pada pijakan pemikiran, pandangan tentang manusia, dan hubungan dengan ketuhanan. Selain itu, dalam hal penekanan eksistensi manusia, peran manusia dalam dunia, waktu dan kehidupan, keduanya berada pada jalur yang sama. Perbandingan ini membuka ruang dialog antara filsafat Barat dan pemikiran Islam dalam membangun kembali pemahaman eksistensial manusia.} }