%0 Thesis %9 Masters %A Auli Robby Finaldy, NIM.: 23205031041 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:72039 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Kearifan Lokal Madura; Tafsir Qur’anul-Karim; perilaku masyarakat %P 135 %T KEARIFAN LOKAL MADURA DALAM TAFSIR QUR’ANUL-KARIM NURUL-HUDA KARYA MUDHAR TAMIM %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/72039/ %X Penyebaran Agama Islam yang sampai di pulau Madura telah memberikan dampak yang signifikan terhadap nuansa kearifan lokal yang berkembang di Madura. Terjadinya akulturasi budaya di Madura ditandai dengan adanya perpaduan unsurunsur budaya seperti halnya budaya Hindu dan Islam. Hal tersebut kemudian mempengaruhi proses penafsiran terhadap Al-Qur’an misalnya terdapat penafsiran yang telah disisipi nilai-nilai kearifan lokal seperti yang ditemukan dalam tafsir Qur’anul-Karim Nurul-Huda karya Mudhar Tamim. Penelitian ini ingin mengungkapan unsur-unsur kearifan lokal yang terdapat dalam tafsir Qur’anul-Karim Nurul-Huda., representasi kearifan lokal dalam penafsiran serta relevansi dan urgensi penggunaan kearifan lokal dalam tafsir tersebut. Jenis penelitian ini adalah library research dengan menggunakan pendekatan deskriptif analitik serta berbasis kajian Tafsir Nusantara. Data-data yang telah dikumpulkan, dianalisis secara deskriptif dan kritis menggunakan teori representasi Stuart Hall dengan pendekatan reflektif, intensional, dan konstruksionis Penelitian ini menyimpulkan. Pertama, bentuk kearifan lokal Madura dalam tafsir Qur’anul-Karim Nurul-Huda dapat dikelompokkan menjadi dua macam yakni kearifan lokal berwujud (tangible) dan kearifan lokal tidak berwujud (intangible). Kearifan lokal berwujud yang ditemukan dalam penafsiran adalah totop bhireng, tabing, serta naskah tafsir Qur’anul-Karim Nurul-Huda sendiri yang ditulis dalam bahasa Madura Latin. Sementara kearifan lokal tidak berwujud seperti pribahasa Madura, nilai-nilai sosial, dan beberapa macam tradisi seperti carok, rokat tase`, rokat disah, pengultusan dan taqlid buta, serta tradisi bermazhab. Kedua, Representasi reflektif terhadap penggunaan kearifan lokal dalam penafsiran adalah bersifat objektif. Sedangkan representasi intensional terhadap penggunaan kearifan lokal adalah untuk menyampaikan maksud pribadi Mudhar Tamim yang bersifat subjektif yang dipengaruhi oleh kesadaran kolektif masyarakat Madura. Sementara dalam representasi konstruksionis, Mudhar Tamim mengkonstruksi kearifan lokal untuk menafsirkan ayat dalam upaya menyampaikan responnya terhadap konteks masyarakat Madura. Ketiga, relevansi penggunaan kearifan lokal dalam tafsir adalah bisa memudahkan masyarakat dalam mempelajari ajaran agama khususnya dalam konteks tafsir Al-Qur’an. Sementara, urgensi penggunaan kearifan lokal merupakan sebuah bentuk pelestarian budaya lokal serta sebagai bentuk respon terhadap kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat. Secara teoritis, penelitian ini setidaknya bisa menambah khazanah wawasan keilmuan dalam bidang tafsir Al-Qur’an, khususnya dalam aspek kajian tafsir Nusantara. Penelitian ini, juga turut memberikan sumbangan keilmuan berupa pemahaman terhadap kajian tafsir berbasis muatan lokal, representasi makna terhadap penggunaan kearifan lokal, relevansi serta urgensi terhadap penggunaan kearifan lokal dalam tafsir Qur`anul-Karim Nurul Huda karya Mudhar Tamim. %Z Prof. Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si.