%0 Thesis %9 Skripsi %A Kikan Hasna Iftinan, NIM.: 21104030057 %B FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN %D 2025 %F digilib:72694 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K fatherless; peran gender; Anak Usia Dini; pola asuh %P 177 %T DAMPAK FATHERLESS TERHADAP PERAN GENDER PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN: STUDI MULTISITUS KELUARGA FATHERLESS DI RW 03 KAMPUNG JLAGRAN DAN PADUKUHAN III CERME %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/72694/ %X Fenomena fatherless merujuk pada ketidakhadiran figur ayah, baik secara fisik maupun dalam menjalankan perannya sebagai orang tua. Saat ini, isu fatherless menjadi perbincangan yang cukup intens di berbagai platform media sosial. Fenomena ini juga ditemukan di wilayah RW 03 Kampung Jlagran dan Padukuhan III Cerme, di mana ketidakhadiran ayah dapat berdampak pada peran gender anak. Hal ini terjadi karena anak-anak tinggal dan tumbuh di dalam keluarga yang tidak utuh sulit untuk mengekspos salah satu peran laki-laki dan perempuan dari orang tua mereka. Urgensi penelitian ini adalah permasalahan fenomena fatherless di Indonesia cukup menyita perhatian serta minimnya penelitian mengenai fatherless yang dialami oleh anak-anak. Faktor budaya patriarki di Indonesia yang masih kental juga menjadikan orang tua harus memberikan pandangan terbuka terkait keadilan gender. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi multisitus untuk menunjukkan apakah terdapat perbedaan pada dua lokasi dengan latar belakang keluarga yang berbeda. Teknik pengumpulan data yaitu teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi dengan subjek penelitian adalah keluarga fatherless akibat ayah bekerja di suatu kota/pulau/negara lain, ibu single parent akibat kematian ayah, dan nenek akibat perceraian sementara ibu bekerja di negara lain yang memiliki anak usia 5-6 tahun. Teknik analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data (display data), temuan sementara dan verifikasi, analisis data kasus tunggal, dan analisis data lintas kasus. Hasil penelitian menunjukkan tiga temuan utama: kelekatan tidak aman pada anak yang ayahnya tidak terlibat setelah perceraian dan sibuk bekerja serta kelekatan aman pada anak yang ayahnya meninggal. Keterlibatan emosional figur lekat, terutama ibu dan teman sebaya berperan penting dalam membentuk rasa aman. Anak tetap berpenampilan normal layaknya teman sebaya dan tercipta lingkungan egaliter. Secara teoritis, anak tetap terpengaruh pada stereotype. Implikasi orang tua perlu mendistribusikan kembali peran gender dapat menciptakan lingkungan yang lebih adil dan seimbang. Diharapkan penelitian selanjutnya melakukan pengambilan fenomena dan variabel yang lebih variatif untuk meninjau permasalahan pengasuhan di Indonesia yang cenderung patriarki. Keterbatasan penelitian ditunjukkan pada jumlah informan relatif sedikit dengan ketimpangan jumlah antara lokasi pertama dan kedua disebabkan kurangnya waktu dan tenaga dalam menyelesaikan penelitian ini lebih mendalam. %Z Hafidh ‘Aziz, S.Pd.I., M.Pd.I.