@mastersthesis{digilib72877, month = {August}, title = {KOMUNITARIAN BERORIENTASI PASAR: STUDI FILANTROPI BERBASIS PENDIDIKAN DI JOMBANG}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 23200011132 Khoirotul Maghfiroh}, year = {2025}, note = {Najib Kailani, S.Fil.I, M.A., Ph.D}, keywords = {Komunitarian, Orientasi Pasar, Filantropi Pendidikan}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/72877/}, abstract = {Tesis ini mengkaji orientasi lembaga filantropi yang mengalami perubahan bentuk dari tradisional ke modern, dengan mengambil studi kasus lembaga yang berbasis sekolah dan pesantren, yakni Roushon Fikr Peduli (RFP) dan Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT). Tesis ini menunjukkan bahwa meski lembaga-lembaga tersebut mengadopsi program-program keberlanjutan dalam bingkai SDGs sebagai konsekuensi dari institusionalisasi lembaga, tetapi dalam praktiknya, distribusi dan pengelolaan programnya masih bersifat tradisional-komunitarian. Tesis ini menggunakan kerangka Cihan Tugal yang membagi lembaga filantropi ke dalam dua bentuk, yaitu filantropi berorientasi pasar dan komunitarian. Alih-alih melihatnya dalam posisi bipolar sebagaimana dipaparkan oleh Cihan Tugal, tesis ini menunjukkan bahwa lembaga filantropi yang berbasis komunitarian mempunyai kecenderungan untuk menerima pasar secara selektif. Kecenderungan ini tidak bisa dilepaskan dari konteks di mana lembaga filantropi tersebut tumbuh dan beroperasi. Tesis ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Data dalam tesis ini diperoleh melalui penelitian lapangan selama kurang lebih tujuh bulan dengan melakukan wawancara kepada pendiri, pengurus, dan staf di dua lembaga. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hadirnya Roushon Fikr Peduli (RFP) dan Lembaga Sosial Pesantren Tebuireng (LSPT) merupakan respons atas berbagai persoalan sosial yang dihadapi masyarakat, terutama dalam hal ketimpangan ekonomi, kemiskinan, dan keterbatasan akses terhadap layanan dasar seperti pendidikan, kesehatan, dan kesejahteraan. Dalam praktiknya, kedua lembaga ini masih mendominasi pola distribusi bantuan berjangka pendek yang bersifat komunitarian, meski terdapat unsur mekanisme pasar dalam pengelolaan kelembagaan, seperti sistem rekrutmen berbasis seleksi di RFP dan praktik filantropinya tetap berbasis nilai-nilai tradisional. Selanjutnya, keberhasilan dan daya tahan filantropi di kedua lembaga ini sangat dipengaruhi oleh keberadaan otoritas karismatik serta hubungan kekerabatan di pesantren. Di RFP, sosok Gus Didin Ahmad Sholahuddin menjadi figur sentral yang membawa legitimasi dan daya tarik sosial bagi publik dan donatur. Sementara di LSPT, makam Gus Dur berperan sebagai pusat spiritual dan sosial yang menarik partisipasi publik lintas kalangan dalam bentuk praktik berderma. Kedua bentuk otoritas ini menunjukkan bahwa filantropi komunitarian yang dijalankan oleh RFP dan LSPT berkembang dalam kerangka tradisional.} }