@phdthesis{digilib73164, month = {June}, title = {IDENTIFIKASI HABITUS SANTRI DI KAFE BASA-BASI YOGYAKARTA}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 20105040081 Naufalun Ni?am}, year = {2025}, note = {Mahatva Yoga Adi Pradana, M.Sos.}, keywords = {Kafe, Habitus, Santri Perkotaan, Modernitas}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73164/}, abstract = {Yogyakarta sebagai kota dengan julukan ?Kota Seribu Kedai Kopi? menghadirkan fenomena sosial baru, di mana kafe tidak hanya berfungsi sebagai ruang santai konsumtif, tetapi juga menjadi arena literasi, edukasi, dan religiusitas. Kafe Basa-Basi Yogyakarta merupakan salah satu contoh unik dari transformasi ruang publik yang menggabungkan budaya ngopi dengan aktivitas kajian keagamaan. Fenomena ini menarik diteliti karena memperlihatkan dialektika antara tradisi pesantren dan budaya urban modern yang dijalani oleh santri perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana habitus santri terbentuk, dipraktikkan, dan dinegosiasikan dalam ruang kajian keagamaan di kafe. Dengan menggunakan teori habitus Pierre Bourdieu, penelitian ini menelaah bagaimana modal sosial, budaya, ekonomi, dan simbolik saling berinteraksi di arena kafe, serta bagaimana dinamika tersebut memengaruhi identitas keagamaan santri. Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan teknik observasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi terhadap santri, pengelola kafe, serta peserta kajian dari berbagai latar belakang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa santri perkotaan tidak sekadar mereproduksi tradisi pesantren, tetapi mampu menyesuaikan diri dengan ruang publik modern melalui strategi adaptasi kritis. Kajian keagamaan di kafe memperlihatkan adanya hibriditas: tradisi keilmuan pesantren tetap dipertahankan, namun dikemas secara populer dan egaliter sesuai dengan kebutuhan generasi urban. Interaksi di ruang kafe juga melahirkan pertarungan simbolik antara nilai religius, komersial, dan budaya populer, yang pada akhirnya menghasilkan habitus baru santri perkotaan. Penelitian ini menyimpulkan bahwa agama tetap hidup dan relevan di tengah arus modernitas, dengan menjadikan ruang-ruang publik nonformal seperti kafe sebagai medium baru dalam membangun literasi keagamaan dan identitas sosial. Kajian keagamaan di Kafe Basa-Basi Yogyakarta memperlihatkan bahwa modernitas tidak harus mengikis tradisi, tetapi dapat menjadi ruang dialog kreatif antara kontinuitas dan inovasi dalam kehidupan sosial-keagamaan masyarakat perkotaan.} }