@mastersthesis{digilib73212, month = {July}, title = {DARI RITUAL MENUJU FESTIVAL: FESTIVALISASI BUDAYA DAN RITUAL SANDEQ MASYARAKAT PESISIR MANDAR}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA}, author = {NIM.: 23205021006 Muh. Kamal}, year = {2025}, note = {Dr. Moh Soehadha, S.Sos., M. Hum.}, keywords = {Tradisi Sandeq, Budaya Bahari, Festivalisasi, Masyarakat Pesisir}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73212/}, abstract = {Penelitian ini membahas transformasi budaya bahari masyarakat Mandar, khususnya pada tradisi Sandeq, dari sebuah ritual sakral menuju bentuk festival budaya yang terkomodifikasi. Tradisi Sandeq tidak hanya merupakan simbol identitas maritim masyarakat pesisir Mandar, tetapi juga merepresentasikan struktur nilai, spiritualitas, dan relasi sosial yang telah berlangsung lintas generasi. Dalam konteks modernitas cair dan globalisasi, terjadi perubahan signifikan terhadap pemaknaan, fungsi, serta struktur pelaksanaan ritual Sandeq. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap bagaimana masyarakat Mandar merespons tekanan perubahan sosial dan ekonomi melalui rekonstruksi makna simbolik dan adaptasi budaya. Dengan pendekatan kualitatif dan metode deskriptif interpretatif, serta memanfaatkan teori simbol Victor Turner dan teori modernitas cair Zygmunt Bauman, penelitian ini menelaah proses komodifikasi ritual dan festivalisasi sebagai strategi negosiasi identitas lokal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa meskipun terjadi transformasi dalam bentuk dan makna, keberlangsungan ritual Sandeq tidak sepenuhnya terputus. Sebagian masyarakat Mandar tetap mempertahankan unsur-unsur ritual dalam praktik pelayaran tradisional, seperti upacara sebelum pelayaran (makkuliwa), Keberlangsungan ini mencerminkan adanya mekanisme internal dalam masyarakat untuk menjaga kesinambungan tradisi, meskipun dalam bentuk yang telah teradaptasi dengan konteks sosial baru. bahwa festivalisasi Sandeq bukan semata- mata bentuk hiburan atau promosi pariwisata, melainkan juga ruang kontestasi nilai antara sakralitas budaya lokal dan tuntutan pasar. Masyarakat Mandar menyiasati transformasi ini dengan mengawetkan elemen-elemen spiritual dan adat dalam kerangka baru yang lebih fleksibel, namun tetap berisiko terhadap pergeseran makna dan reduksi nilai kultural.Penelitian ini menyimpulkan bahwa budaya bahari masyarakat Mandar bersifat dinamis, penuh negosiasi, dan menjadi medan dialektika antara pelestarian dan komodifikasi. Dengan demikian festivalisasi ritual Sandeq membawa tantangan terhadap otentisitas nilai lokal. Nilai-nilai spiritual, simbolik, dan ekologis yang melekat pada Sandeq seringkali direduksi menjadi objek tontonan dan promosi wisata. Meskipun demikian, resistensi masyarakat lokal baik dalam bentuk narasi, praktik kultural, maupun simbolisme keagamaan menjadi penanda bahwa identitas kultural Mandar masih terus hidup dan bernegosiasi.} }