%0 Thesis %9 Masters %A Muhammad Syaiful Anwar, NIM.: 23205021013 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:73213 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Teknologisasi Pengetahuan, Budaya, Agama, Daunting Power %P 132 %T BERTANI: ARENA PERTARUNGAN KUASA GENERASI MUDA TERHADAP OTORITAS GENERASI TUA DI DESA GIRITIRTO, KECAMATAN PURWOSARI, GUNUNG KIDUL, YOGYAKART %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73213/ %X Penelitian ini menyoroti dinamika sosial dan budaya yang berlangsung di Desa Giritirto, Kecamatan Purwosari, Gunung Kidul. Fenomena yang terjadi di Desa Giritirto menunjukkan bahwa sektor pertanian mengalami penurunan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan oleh masuknya kapitalisme dan industrialisasi ke desa tersebut, yang mendorong pergeseran paradigma dan pola hidup masyarakat. Generasi muda cenderung mengadopsi pengetahuan dan teknologi ekonomi baru, seperti pengembangan ekonomi digital dan kewirausahaan, yang memotivasi mereka untuk keluar dari sektor pertanian dan mencari penghidupan di luar desa, karena bertani yang dianggap tidak menjanjikan penghasilannya. Sebaliknya, generasi tua tetap mempertahankan pengetahuan tradisional dan adat istiadat yang menjadi identitas budaya mereka, melalui diskursus keagamaan dan norma adat yang menguatkan posisi mereka dalam menjaga sektor bertani sebagai warisan leluhur. Tesis ini berusaha menggali teknologi pengetahuan yang dimiliki oleh masing-masing kelompok, yakni kelompok muda dan tua, untuk memahami bagaimana pengetahuan tersebut secara kognitif dipakai sebagai alat untuk saling mempertahankan, menyerang, dan berargumentasi mengenai keberlangsungan dan makna bertani. Dengan menggunakan kerangka teori Foucault, teknologi pengetahuan adalah sistem pengetahuan yang terbentuk dan dipertahankan melalui praktik, diskursus, serta simbol sosial yang mengkonstruksi identitas dan norma sosial, serta meneguhkan kekuasaan dalam komunitas tersebut. Foucault menekankan bahwa kekuasaan tidak hanya bersifat top-down, melainkan juga diproduksi dan dipertahankan melalui praktik setiap hari yang meliputi penggunaan pengetahuan sebagai alat kekuasaan dan kontrol sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masing-masing kelompok memiliki teknologi pengetahuan yang berbeda, namun keduanya sama-sama menggunakan pengetahuan tersebut sebagai strategi bertahan, mempertahankan identitas, dan menyerang pandangan yang berlawanan terkait kegiatan pertanian. Dalam Fenomena ini, yang menarik adalah bagaimana mereka menggunakan bahasa-bahasa agama dan budaya sebagai daunting power sebagai upaya mempertahankan, menyerang, mendapatkan kekuasaan dan identitas mereka. Hal ini menunjukkan bahwa pengetahuan, bahasa, dan simbol keagamaan menjadi alat penting yang digunakan untuk mengelola kekuasaan serta memperkuat posisi masing-masing kelompok dalam mempertahankan makna dan keberadaan mereka di tengah perubahan zaman. %Z Dr. Munawar Ahmad, S.S. M.Si.