%0 Thesis %9 Masters %A Zulfiyani Sudirman, NIM.: Zulfiyani Sudirman %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:73215 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Laylat al-Qadr, Kelahiran Yesus, Christoph Luxenberg, Syro- Aramaik, Hermeneutika Dilthey %P 115 %T LAYLAT AL-QADR SEBAGAI MALAM KELAHIRAN YESUS: KAJIAN TERHADAP PEMIKIRAN CHRISTOPH LUXENBERG %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73215/ %X Laylat al-Qadr dalam tradisi Islam dipahami sebagai malam turunnya al- Qur’ān, penuh berkah dan kemuliaan. Namun, Christoph Luxenberg—seorang orientalis dengan pendekatan Syro-Aramaik—menafsirkan malam tersebut sebagai malam kelahiran Yesus atau malam Natal. Interpretasi ini berangkat dari asumsi bahwa teks al-Qur’ān pada fase awal banyak dipengaruhi oleh bahasa dan tradisi liturgis Kristen-Syriac. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pemaknaan Luxenberg terhadap surah al-Qadr serta mengevaluasi dasar-dasar metodologis dan historis dari hipotesisnya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif-kepustakaan dengan sumber primer berupa karya Luxenberg The Syro-Aramaic Reading of the Koran dan artikelnya Christmas and the Eucharist in the Qur’ān, serta sumber sekunder berupa literatur akademik terkait. Analisis dilakukan melaluii kerangka hermeneutika historis Wilhelm Dilthey dengan menekankan konsep Verstehen, Erklären, dan Nacherleben untuk menguji validitas horizon historis yang digunakan Luxenberg dalam interpretasinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembacaan Luxenberg atas laylat al- Qadr menghadirkan perspektif baru dalam studi Qur’ān dengan menekankan pengaruh lintas bahasa dan tradisi agama pada masa late antiquity. Akan tetapi, pendekatan ini mengandung kelemahan metodologis, terutama dalam rekonstruksi teks, penggunaan bukti filologis yang parsial, dan kecenderungan anahronistik. Studi ini menyimpulkan bahwa meskipun reinterpretasi Luxenberg menantang narasi tradisional Islam, ia tetap harus dibaca secara kritis karena sarat bias ideologis serta keterbatasan bukti historis. Oleh karena itu, penelitian ini menegaskan pentingnya kehati-hatian dalam menggunakan hipotesis linguistik lintas budaya sebagai dasar interpretasi al-Qur’an. %Z Dr. Phil. Mu'ammar Zayn Qadafy, M.Hum.