%0 Thesis %9 Skripsi %A Ghalih Putra Alim, NIM.: 17101020059 %B FAKULTAS ADAB DAN ILMU BUDAYA %D 2024 %F digilib:73282 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Perkembangan, Arsitektur, Masjid Al Wustho Surakarta %P 91 %T PERKEMBANGAN ARSITEKTUR DAN INTEGRASI BUDAYA MASJID NEGARA MANGKUNEGARAN SURAKARTA (1878-1949 M) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73282/ %X Masjid Mangkunegaran merupakan salah satu bangunan masjid tertua di wilayah Surakarta. Pendirian masjid tersebut diprakarsai oleh Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Mangkunegara I di Kadipaten Mangkunegaran. Pada awal berdirinya masjid ini memiliki gaya arsitektur Jawa. Namun, dalam periode waktu dari tahun 1878 M hingga 1949 M, masjid ini mengalami perkembangan arsitektur yang mencerminkan dinamika kehidupan masyarakat, perubahan politik, dan transformasi budaya. Perubahan tersebut menjadikan arsitektur bangunan Masjid Mangkunegaran memiliki percampuran budaya antara Jawa, Eropa, dan Timur Tengah. Sebagai masjid kerajaan, masjid ini awalnya diperuntukan khusus bagi keluarga kerajaan Pura Mangkunegaraan dalam menjalankan ibadahnya. Seiring berjalanya waktu masjid ini terbuka untuk umum. Nama Al- Wustho pada masjid baru digunakan sejak tahun 1949. Penelitian ini merupakan penelitian sejarah dengan konsep perkembangan dan arsitektur. Teori yang digunakan di dalam penelitian adalah teori perubahan arsitektur oleh Amos Rapoport. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang mencakup beberapa langkah yaitu heuristik, verifikasi, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Masjid Negara Mangkunegaran Surakarta sejak awal berdirinya (1878) hingga tahun 1949, masjid ini memiliki gaya arsitektur Jawa. namun seiring berjalanya waktu masjid ini mengalami suatu perkembangan yang menjadikanya memiliki perpaduan gaya arsitektur antara Jawa, Timur Tengah dan Eropa. Perkembangan tersebut terjadi pada masa pemerintahan Mangkunegara VII yang melaukan renovasi besar-besaran pada bangunan masjid dengan melibatkan Ir. Herman Thomas Karsten yang merupakan arsitek berdarah Belanda. Adapun faktor dari perkembangan tersebut adalah adanya faktor sosial, budaya serta fisik masjid yang lambat laun mengalami penurunan kapasitas dan kualitas sehingga perlu dilakukanya proses renovasi. %Z Dra. Soraya Adnani, M.Si.