%0 Thesis %9 Masters %A Harrie A. Fernando Zen, NIM.: 22205032020 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:73579 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Tauhid, Genealogi, Marwan Hadidi bin Musa %P 154 %T GENEALOGI PENAFSIRAN AYAT-AYAT TAUHID MARWAN HADIDI BIN MUSA DALAM KITAB HIDAYATUL INSAN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73579/ %X Pembahasan mengenai konsep tauhid dalam Islam sejak masa awal telah melahirkan perbedaan pemahaman yang memicu munculnya berbagai aliran. Perbedaan ini tercermin pula dalam penafsiran ayat-ayat tauhid di al-Qur’an yang dilakukan para mufassir dengan pendekatan dan sudut pandang beragam. Namun, sebagaimana sebuah penafsiran, tentu melalui proses transmisi dan transformasi dari proses tafsir sampai pada hasil akhir berupa produk tafsir. Dari sinilah tafsir dapat diasumsikan memiliki keterhubungan dengan tafsir lainnya, terutama dengan tafsir yang lahir sebelumnya. Oleh karena itu, perlu untuk melihat sebuah produk tafsir dari sudut pandang genealogi sebab sebuah produk tafsir tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa terhubung atau dipengaruhi oleh tafsir-tafsir sebelumnya. Penelitian berfokus pada penafsiran ayat-ayat tauhid dalam kitab Tafsir Hidayatul Insan karya Mawan Hadidi bin Musa. Metode yang digunakan dalam penelitian ini yaitu metode kualitatif dengan menggunakan teori genealogical tradition dari Walid Saleh dan dilengkapi dengan analisis sosial. Data yang dikumpulkan berupa data yang memuat informasi Marwan Hadidi bin Musa dan kitab Tafsir Hidayatul Insan, data tersebut berupa informasi mengenai "konteks tafsir" dan juga informasi mengenai "konteks non-tafsir". Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa dalam membahas ayat-ayat tauhid, Marwan Hadidi bin Musa cenderung memberikan penjelasan tauhid dalam tiga bagian, yaitu uluhiyyah, rububiyyah, dan asma' wa sifat. Dari sudut pandang genealogi, keterpengaruhan Marwan Hadidi bin Musa dalam menafsirkan ayat-ayat tauhid dalam konteks tafsir bahwa penafsirannya menunjukkan keterhubungan dengan tradisi tafsir klasik, khususnya melalui rujukan pada Tafsir Ibnu Katsir, Tafsir Jalalain, dan Tafsir Karimir Rahman fi Tafsir Kalamil Mannan, baik dalam pola penyajian maupun isi penafsiran. Sedangkan dalam konteks non tafsir, penafsirannya dipengaruhi oleh pendidikan informal yang ia peroleh dari guru-gurunya yang berafiliasi dengan akidah Ahlussunnah wal Jama’ah, serta kondisi sosial yang membentuk cara pandangnya. %Z Prof. Dr. Ahmad Baidowi, S.Ag., M.Si.