%0 Thesis %9 Skripsi %A Redo Syah Putra, NIM.: 21105030055 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:73746 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Bai’; semantik Al-Qur’an; Toshihiko Izutsu %P 90 %T MAKNA KATA BAI’ DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMANTIK TOSHIHIKO IZUTSU) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73746/ %X Al-Qur’an, dengan struktur bahasa dan kekayaan retorikanya, bukan hanya kitab petunjuk spiritual tetapi juga karya sastra agung dalam tradisi Arab, di mana setiap kata memuat makna berlapis dalam jejaring nilai Qur’anik. Salah satu kata dengan daya semantik penting adalah bai’ (بيع ), yang dalam fikih berarti jual beli, namun dalam Al-Qur’an mengalami transformasi menjadi simbol komitmen spiritual dan penyerahan diri kepada Tuhan. Pendekatan semantik Toshihiko Izutsu menjadi penting karena mampu menelusuri perubahan makna tersebut secara historis dan relasional, menunjukkan bagaimana Al-Qur’an merekonstruksi makna-makna pra-Qur’anik menjadi bagian dari sistem konsep teosentris. Oleh karena itu, kajian terhadap bai’ perlu melampaui pendekatan filologis atau fikih normatif, dan ditempatkan dalam pembacaan semantik yang mengungkap reposisi maknanya dalam struktur spiritual Al-Qur’an. Rumusan masalah dalam penelitian ini berfokus pada tiga pertanyaan utama: pertama, bagaimana makna dasar dan makna relasional kata bai’ dalam Al-Qur’an; kedua, bagaimana perkembangan makna bai’ secara sinkronik dan diakronik; dan ketiga, bagaimana pandangan dunia (weltanschauung) yang tergambar melalui penggunaan kata bai’ dalam Al-Qur’an. Berdasarkan rumusan tersebut, penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan makna dasar serta relasional dari kata bai’, mengkaji perkembangan maknanya baik dalam konteks waktu yang bersamaan (sinkronik) maupun lintas waktu (diakronik), serta mengungkap pandangan dunia Al-Qur’an yang tercermin melalui penggunaan kata tersebut. Melalui pendekatan semantik, penelitian ini menelaah bai’ dengan tiga tahap utama: pertama, analisis makna leksikal dan relasional dalam konteks sintagmatik dan paradigmatik; kedua, penelusuran perubahan makna secara sinkronik (dalam satu masa) dan diakronik (lintas waktu); ketiga, rekonstruksi weltanschauung Al-Qur’an yang tercermin melalui jaringan makna tersebut. Kajian ini tidak hanya bersifat linguistik, tetapi juga filosofis dalam memahami bagaimana Al-Qur’an membentuk struktur nilai dan realitas sosial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kata bai’ pada dasarnya berarti transaksi atau jual beli, namun mengalami perluasan makna yang signifikan karena pengaruh konteks dan relasinya dengan kata lain. Dalam Al-Qur’an, bai’ tidak hanya merujuk pada transaksi ekonomi, tetapi juga mencakup transaksi spiritual antara manusia dengan Allah dan Rasul-Nya. Secara sinkronik dan diakronik, maknanya berkembang: pada masa pra-Qur’anik sebagai transaksi bermoral, pada masa Qur’anik mencakup aspek spiritual dan sosial, dan pada masa pasca-Qur’anik menjadi konsep etis, simbolis, dan normatif. Perkembangan ini mencerminkan perubahan pandangan dunia terhadap bai’, dari aktivitas ekonomi menjadi simbol relasi spiritual dan tatanan sosial dalam Islam. %Z Nur Edi Prabha Susila Yahya, STh.I., M.Ag.