%0 Thesis %9 Skripsi %A Muhamad Kodari, NIM.: 21105040017 %B FAKULTAS USHULUDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2025 %F digilib:73751 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %K Sunda Wiwitan; masyarakat Baduy; pikukuh; norma sosial; konstruksi sosial. %P 90 %T KEPERCAYAAN SUNDA WIWITAN DAN PEMBENTUKAN NORMA SOSIAL MASYARAKAT BADUY LUAR LEBAK-BANTEN %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/73751/ %X Penelitian ini membahas peran kepercayaan Sunda Wiwitan dalam membentuk norma sosial masyarakat Baduy di Kabupaten Lebak, Banten. Sunda Wiwitan merupakan sistem kepercayaan yang menyatu erat dalam kehidupan masyarakat Baduy, baik dalam aspek spiritual maupun sosial. Sebagai agama lokal, Sunda Wiwitan berpusat pada keyakinan terhadap Sang Hyang Karesa serta penghormatan terhadap leluhur dan kekuatan gaib, yang diekspresikan melalui berbagai ritus keagamaan seperti Kawalu, Seba, dan penghormatan terhadap tempat-tempat sakral seperti Sasaka Domas dan Gunung Kendeng. Kepercayaan ini tidak hanya mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, tetapi juga membentuk relasi harmonis dengan alam, sesama manusia, orang luar, dan negara. Ajaran utama Sunda Wiwitan dikenal dengan istilah pikukuh, yaitu prinsip keteguhan hidup yang menekankan kesederhanaan, ketaatan terhadap adat, dan keseimbangan dengan alam. Pikukuh bukan sekadar larangan atau aturan, melainkan menjadi pedoman moral dan spiritual yang mengatur seluruh aspek kehidupan masyarakat Baduy. Prinsip ini menjadi dasar dari terbentuknya norma sosial, seperti mengatur hubungan dengan alam, hubungan dengan manusia, hubungan dengan orang luar dan hubungan dengan negara. Melalui pikukuh, nilai-nilai kepercayaan Sunda Wiwitan diwujudkan secara nyata dalam kehidupan sehari-hari dan menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas kolektif masyarakat Baduy. Hasil penelitian menunjukan bahwa pembentukan norma sosial ini berlangsung melalui tiga tahapan: objektivasi, eksternalisasi, dan internalisasi. (Objektivasi) melihat realitas yang dimulai dari semua kehidupan dan perilaku masyarakat Baduy, Nilai-nilai Sunda Wiwitan yang diwujudkan dalam tindakan kolektif (eksternalisasi), dan ditanamkan sejak usia dini melalui proses sosialisasi dalam rumah, kapuunan dan masyarakat Baduy itu sendiri. Serta menjadikan setiap kehidupan mereka adalah proses pendidikan (internalisasi). Proses ini menunjukkan bahwa norma sosial masyarakat Baduy bukan sekadar warisan budaya yang dilestarikan, tetapi merupakan hasil konstruksi sosial dari pengalaman spiritual yang terus dihidupi dan diwariskan secara sadar dari generasi ke generasi sebagai bagian dari identitas budaya dan religius mereka. %Z M. Yaser Arafat, M.A.