%A NIM.: 93341851 T. Kemal Fasya %O Drs. Akhmad Minhaji, MA.,PhD - Digitalisasi %T MENELAAH SISI HUMANIS DARI SYARI’AH STUDI TERHADAP PEMIKIRIN MAHMOUD MOHAMED TAHA %X Di Indonesia, masa Orde Baru ditandai dengan maraknya kegiatan dan seremonial keagamaan, namun secara internal sangat keropos. Kontradiksi ini terlihat jelas dari ketidakmampuan mencegah konflik-konflik berlatar agama seperti tragedi Ketapang, Kupang, dan Ambon. Kondisi ini mendesak hadirnya gagasan Syari'ah humanistik—Syari'ah yang kritis terhadap rasionalisme dan ritualisme. Dalam konteks ini, karya Mahmoud Mohamed Taha, The Second Message of Islam, menjadi penting sebagai titik tolak. Karya ini kemudian menginspirasi muridnya, An-Na'im, untuk menerjemahkan secara sistematis wacana kebebasan sipil, hak asasi manusia, dan hukum internasional dalam karyanya Toward an Islamic Reformation. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (Library Research). Metode penelitian ini dengan hermenetik dan histosris. Kesimpulan penelitian ini adalah 1.) Kebebasan absolut individu menjadi hat yang penting sebagai diskursus yang telah menempatkan manusia sebagai makhluk yang bebas memilih. Penekanan ini telah ditentukan di dalam Qur'an, yang pada esensinya menempatkan kebebasan fundamental menjadi upaya untuk mencapai kebenaran yang esensial. Kebebasan dalam Islam dalam pandangannya adalah kebebasan absolut, yang setiap orang dapat memperolehnya tanpa melihat perbedaan agama, ras, gender, dan kelompok minoritas dalam strata sosial. 2.) Pemikiran Mahmoud Taha, yang kemudian disebarluaskan dan dipopulerkan oleh An-Na'im mendapat tantangan sendiri di negeri asalnya Sudan. Sikap opresif dan otoriter dari rejim Numeiri menyebabkan Mahmoud Taha dalam penyebaran dan sosialisasi pemikiran melalui partai bentukannya, al .Jumhuriun (the Republicans Brothers and Sisters), menyebabkan dia harus menerima hukuman yang dibuat oleh penguasa sebagai alat kekuasaan. Mahmoud Taha dihukum mati oleh Numeiri pada tangal 18 Januari l985. 3.) Politik Islamisasi yang dilakukan dalam pandangan Mahmoud Taha sering mengabaikan aspek-aspek kemanusiaan dan keadilan, sehingga cukup sering membuka peluang diskriminasi. Dalam struktur masyarakat yang mayoritas pemeluknya beragama Islam pada sebuah negara, politik Islamisasi ini membawa pengaruh buruk bagi emansipasi politik kelompok non-muslim dan wanita, sehingga secara objektif kelompok ini akan tetap dalam kategori kelas dua (second rate communities). 4.) Pandangan Mahmoud Taha terhadap agama, banyak melakukan dekonstruksi terhadap pemikiran-pemikiran mapan yang berkembang di dunia Islam. Konsep-konsep baku seperti jihad dan diskriminasi perempuan dan non­muslim dianggap bukan pemikiran orisinil Islam. Hal ini dapat terjadi dalam pemahaman keagamaan, karena agama terhegemoni dalam struktur kekuasaan yang patriarkhal dan menindas. Pemikiran ini cukup relevan dalam kondisi dimana dominasi pemikiran-pemikiran dilcriminatif masih kuat. %K Politik Islamisasi; Mahmoud Taha; HAM %D 2000 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib73874