%A NIM.: 19300016126 Amhar Rasyid %O Prof. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. %T SENI MEMAHAMI TEKS DALAM FIKIH MUHAMMADIYAH %X Pokok Masalah: terasa nampak diobjektivasi kandungan ayatayat al-Qur’ān dan matan Hadis oleh ulama murajjih dengan metode tarjihnya, dicari lalu dijadikan dalil pembenaran atas kerja ijtihadiyah mereka dalam menggapai tajdid dan purifikasi. Akibatnya ‘pesan semula’ (the initial intent) oleh Rasul saw diduga terabaikan, karena teks yang diobjektivasi tersebut telah terpisah dari pengalaman Rasul, dari mana teks itu semula muncul. Gadamer mengatakan bahwa setiap metode hanya dapat menjangkau hasil-hasil yang telah diprediksi sebelumnya, sesuai bobot metode tersebut. Alih-alih menggunakan metode, akan lebih menjangkau ‘pesan semula’ Nabi bila digunakan ‘dialog’ hermeneutis dengan teks, dengan harapan akan terjadi peleburan cakrawala antara cakrawala ulama murajjih dan cakrawala ayat dan matan Hadis. Purifikasi seyogyanya bukan digali di dalam teks tetapi di dalam pengalaman hidup Nabi. Tujuan penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana kebenaran dalam tradisi Islami digali oleh ulama murajjih. Sejauhmana akurasi metode tarjih dalam menggali pesan-pesan Rasul saw dalam semangat tajdid dan purifikasi. Ingin mengetahui hal-hal apa yang terjadi di saat proses understanding berlangsung dalam diri ulama murajjih. Metode yang digunakan adalah kualitatif dan pendekatan hermeneutis. Teori-teori yang digunakan ialah berbagai teori terkait dengan socio-legal baik yang dijumpai dalam tradisi hukum Islam maupun lainnya. Sumber data penulis ambil terutama dari Himpunan Putusan Tarjih (HPT) dan Magnum Opus Gadamer Truth and Method serta berbagai literatur terkait. Adapun gagasan yang diusung penelitian ini ialah konstruktivisme. Data primer penelitian ini adalah Himpunan Putusan Tarjih (HPT) dan Truth and Method oleh Gadamer. Data sekunder dan tertier penulis ambil dari berbagai literatur kemuhammadiyahan: Buku Tanya Jawab, Fatwa Tarjih, Majalah Suara Muhammadiyah, berbagai disertasi, buku, hasil penelitian, Podcast, YouTube dan artikel terkait Muhammadiyah dan Majelis Tarjih.Kesimpulan: memang terbukti secara filosofis bahwa membaca teks dengan diobjektivasi dan dengan berdialog akan membuahkan hasil yang berbeda. Bila diobjektivasi, pengaruh historisitas ulama murajjih (ideologi Pancasila, ideologi kemuhammadiyahan) sangat berperan dalam menafsirkan teks. Namun bila didialogkan, maka yang akan terjadi adalah, selain historisitas dapat diminimalisir, juga peleburan cakrawala antara reader dan teks. Dengan cara ini tajdid dan purifikasi Muhammadiyah akan lebih mendekati ‘pesan semula’ Rasul saw karena ia berpeluang untuk menyelinap ke bawah ‘lapisan teks’ di mana pengalaman Nabi mengendap sejak ratusan tahun. Teori Mohammed Arkoun dan Fazlur Rahman sudah lebih dahulu menuju kesana. Sekarang bisa dikatakan bahwa spirit yang sama juga sudah diterapkan oleh Majelis Tarjih melalui metode ‘irfani, hasil buah kerja keras Amin Abdullah. Key words: Majelis Tarjih, Hermeneutika Filosofis %K Majelis Tarjih, Hermeneutika Filosofis, Tajdid-Purifikasi %D 2025 %I UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %L digilib74437