eprintid: 74620 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 12460 dir: disk0/00/07/46/20 datestamp: 2025-12-15 02:53:40 lastmod: 2025-12-15 02:53:40 status_changed: 2025-12-15 02:53:40 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: muh.khabib@uin-suka.ac.id creators_name: Wisnu Gautama, NIM.: 23205031074 title: REINTERPRETASI MAKNA PLURALISME AGAMA DALAM QS. AL-BAQARAH:62, QS. AL-MA’IDAH:69, DAN QS. AL-HAJJ:17 (KAJIAN ATAS PENAFSIRAN SEYYED HOSSEIN NASR, M. QURAISH SHIHAB DAN FARID ESACK) ispublished: pub subjects: 297.1226 divisions: pr_iat_s2 full_text_status: restricted keywords: Pluralisme Agama, Komparasi Penafsiran, Hermeneutika, Seyyed Hossein Nasr, M. Quraish Shihab, Farid Esack note: Prof. Dr. Muhammad, M.Ag. abstract: Pluralisme agama merupakan isu kontemporer yang penting namun kontroversial dalam pemikiran Islam. Para mufasir terkemuka, Seyyed Hossein Nasr, M. Quraish Shihab, dan Farid Esack, yang sama-sama berasal dari latar belakang multikultural, menawarkan pandangan yang berbeda mengenai isu ini. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengomparasi faktor-faktor yang membentuk persepsi pluralisme ketiga tokoh, (2) menganalisis penafsiran mereka terhadap ayat-ayat kunci pluralisme (QS. Al-Baqarah: 62, QS. Al-Ma'idah: 69, dan QS. Al-Hajj: 17), serta (3) mendeskripsikan implikasi teologis dan praksis dari penafsiran mereka. Penelitian ini merupakan studi kualitatif dengan metode studi pustaka (library research). Data dianalisis menggunakan pisau analisis hermeneutika filosofis Hans-Georg Gadamer, khususnya konsep Historical Affectedness (Keterpengaruhan Sejarah), Pre-Understanding (Pra-Pemahaman), Fusion of Horizons (Peleburan Cakrawala), dan Application (Penerapan) untuk membongkar konstruksi pemikiran ketiga tokoh. Hasil penelitian menunjukkan tiga corak pluralisme yang berbeda, yang lahir dari pra-pemahaman yang berbeda pula. (1) Seyyed Hossein Nasr, dipengaruhi kritik atas modernitas sekuler, menawarkan pluralisme filosofis-esoteris yang melihat kesatuan batiniah (esoterik) di balik keragaman bentuk lahiriah (eksoterik) agama-agama. (2) M. Quraish Shihab, dibentuk oleh konteks ke-Indonesiaan, menyajikan pluralisme sosial-etis. Ia menjaga batas akidah (Islam sebagai jalan keselamatan utama) namun mengutamakan harmoni sosial dengan menyerahkan keputusan akhir pada Tuhan. (3) Farid Esack, ditempa oleh perjuangan anti-apartheid, merumuskan pluralisme pembebasan (praksis). Baginya, "iman" dan "amal saleh" ditafsirkan sebagai komitmen dan tindakan nyata melawan penindasan bersama siapa pun, melampaui batas agama. Penelitian ini menyimpulkan bahwa perbedaan penafsiran pluralisme tidak dapat dipisahkan dari keterpengaruhan sejarah (historical affectedness) mufasir, yang menghasilkan implikasi praksis yang berbeda: mulai dari wacana filosofis (Nasr), harmoni sosial-kebangsaan (Shihab), hingga aktivisme keadilan sosial (Esack). date: 2025-11-17 date_type: published pages: 169 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS USHULUDDIN, STUDI AGAMA DAN PEMIKIRAN ISLAM thesis_type: masters thesis_name: other citation: Wisnu Gautama, NIM.: 23205031074 (2025) REINTERPRETASI MAKNA PLURALISME AGAMA DALAM QS. AL-BAQARAH:62, QS. AL-MA’IDAH:69, DAN QS. AL-HAJJ:17 (KAJIAN ATAS PENAFSIRAN SEYYED HOSSEIN NASR, M. QURAISH SHIHAB DAN FARID ESACK). Masters thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/74620/1/23205031074_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/74620/2/23205031074_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf