eprintid: 74691 rev_number: 10 eprint_status: archive userid: 12241 dir: disk0/00/07/46/91 datestamp: 2025-12-18 08:33:16 lastmod: 2025-12-18 08:33:16 status_changed: 2025-12-18 08:33:16 type: thesis metadata_visibility: show contact_email: sophanshofwan@gmail.com creators_name: Salsabila Afifah Gunawan, NIM.: 21103060006 title: TRADISI LARUNG SESAJI MASYARAKAT KAPANEWON GIRISUBO KABUPATEN GUNUNGKIDUL (STUDI KOMPARATIF PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA) ispublished: pub subjects: 297.413 divisions: jur_pma full_text_status: restricted keywords: Larung Sesaji, Muhammadiyah, Nahdlatul ulama note: Drs. Abd. Halim, M.Hum. abstract: Tradisi merupakan salah satu budaya yang sangat melekat pada diri masyarakat Indonesia. Tidak sedikit masyarakat yang sulit untuk meninggalkan kebiasaan yang sudah lama ada dalam diri mereka. Salah satunya adalah tradisi yang berkembang di masyarakat Girisubo Kabupaten Gunungkidul, yaitu tradisi Larung Sesaji. Tradisi Larung Sesaji ini sudah ada sejak 1986 dan masih dilestarikan hingga saat ini. Tujuannya adalah sebagai bentuk rasa syukur terhadap hasil dari laut yang sangat berkontribusi untuk masyarakat sekitar, dan juga untuk permohonan keselamatan. Banyak pro dan kontra terkait adanya tradisi ini. Dua organisasi Islam terbesar di Indonesia, yaitu Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki pendekatan yang berbeda dalam menyikapi tradisi lokal ini. Penelitian ini merupakan penelitian lapangan ( field research ) dengan teknik deskriptif analisis dan menggunakan pendekatan yuridis-empiris. Dalam penelitian ini menggunakan data primer yaitu wawancara dengan para tokoh dari Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama di Gunungkidul. Adapun sumber data sekunder adalah buku, jurnal, artikel yang berkaitan dengan tema yang diangkat dalam penelitian ini. Untuk menganalisis data yang dikumpulkan, penyusun menggunakan teori ‘urf dan Receptio a Contrario. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama memiliki pendekatan yang berbeda dalam menyikapi tradisi Larung Sesaji. Muhammadiyah cenderung menolak tradisi tersebut karena dianggap mengandung unsur syirik dan tabdzir yang bertentangan dengan prinsip tauhid dan pengelolaan harta dalam Islam. Sementara itu, Nahdlatul Ulama bersikap lebih toleran dan kontekstual dengan menekankan pada niat pelaku, serta nilai sosial dan spiritual yang terkandung dalam tradisi tersebut. Tokoh agama memiliki peran yang sangat penting dalam membimbing masyarakat agar tidak terjerumus pada praktik yang menyimpang dari prinsip dasar syari’ah. Muhammadiyah menekankan pada pemurnian akidah sedangkan Nahdlatul Ulama lebih menekankan pada pelurusan niat dan edukasi spiritual. Kata kunci : Larung Sesaji, Muhammadiyah, Nahdlatul ulama date: 2025-08-11 date_type: published pages: 130 institution: UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA department: FAKULTAS SYARI’AH DAN HUKUM thesis_type: skripsi thesis_name: other citation: Salsabila Afifah Gunawan, NIM.: 21103060006 (2025) TRADISI LARUNG SESAJI MASYARAKAT KAPANEWON GIRISUBO KABUPATEN GUNUNGKIDUL (STUDI KOMPARATIF PANDANGAN TOKOH MUHAMMADIYAH DAN NAHDLATUL ULAMA). Skripsi thesis, UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA. document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/74691/1/21103060006_BAB-I_IV-atau-V_DAFTAR-PUSTAKA.pdf document_url: https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/74691/2/21103060006_BAB-II_sampai_SEBELUM-BAB-TERAKHIR.pdf