%0 Thesis %9 Skripsi %A LU’LUUATUL FAAIZAH, NIM. 09540053 %B FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM %D 2013 %F digilib:7765 %I UIN SUNAN KALIJAGA %T PERSEPSI MASYARAKAT MUSLIM TERHADAP WARIA DAN DAMPAK HUBUNGAN SOSIAL ( Studi di Kampung Sidomulyo RT XVI RW XIV, Kelurahan Bener, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/7765/ %X Waria sebagai bagian dari masyarakat Indonesia dalam konteks keberagaman, pada satu sisi hendaknya dapat ditempatkan sebagai sebuah kenyataan sosial yang tidak terelakkan keberadaannya. Pada sisi lain keberadaan Waria bagi sebagian masyarakat Indonesia masih dipandang sebagai bentuk penyimpangan perilaku (deviant behavior) menurut kacamata masyarakat yang menggunakan ukuran normal dan tidak normal serta lazim dan tidak lazim dan ukuran-ukuran sejenis lainnya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi masyarakat muslim Sidomulyo terhadap waria dan relasi di antara keduanya. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu wawancara dan observasi dengan pendekatan sosiologis. Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan deskriptif analisis, dihasilkan bahwa persepsi masyarakat muslim terhadap waria simetris keberagaman dalam dirinya. Hal tersebut dapat penulis ketahui dari hasil wawancara dan observasi di lapangan, yaitu persepsi masyarakat muslim sadar bahwa jalan yang ditempuh waria yaitu bekerja sebagai pelacur adalah salah dan dilarang oleh agama, namun di sisi lain mereka tidak bisa meninggalkan pekerjaan mereka, namun ada juga waria yang sudah meninggalkan pekerjaan waria dan memilih mengamen atau menjadi relawan di berbagai LSM itu pun buat waria yang relatif sudah tua atau memiliki jiwa organisasi yang tinggi. Hal tersebut disebabkan karena faktor ekonomi yang mendesak sehingga mereka terpaksa melakukan pelacuran karena terbatasnya ruang sosial mereka, sementara kebutuhan hidup tidak bisa ditunda. Hidup sebagai waria mengandung makna bahwa seorang waria selalu berusaha untuk dapat menjadi bagian dari berbagai ruang sosial, sebagaimana masyarakat memandang kedudukan laki-laki atau perempuan, dengan tetap memiliki anak. Ruang sosial memiliki dua dimensi pengaruh sekaligus, yakni sebagai penekanan muncul ketika waria mengalami kendala dalam hubungan sosial dengan sikap dan memberikan kehidupan untuk hidup sebagai waria.