%A NIM. 03121447 Basuki Rachmad %O Pembimbing : Hj. Ummi Kulsum, M.Hum. %T PERJUANGAN PANGERAN ANTASARI MELAWAN BELANDA DI DALAM PERANG BANJAR 1859 - 1862 %X Perang Banjar merupakan wujud perlawanan umat Muslim Banjar terhadap Belanda. Perang ini merupakan satu cetusan di dalam rangkaian perjuangan bangsa Indonesia menolak penjajahan dari bumi Nusantara. Perang Banjar ini merupakan salah satu mata rantai sejarah perang kemerdekaan, utamanya pada abad ke-19, seperti peristiwa-peristiwa yang bersamaan khususnya di daerah-daerah lain di Indonesia, misalnya di Minangkabau dengan Perang Paderinya, di Jawa dengan Perang Diponegoro, Perang Bali, Perang Aceh, Perang Palembang dan lain-lain. Pada awal abad ke-17 bangsa Belanda datang ke Banjarmasin, hal ini dikarenakan melimpah ruahnya penghasilan lada dan batu bara di Banjarmasin. Sejak itulah terjadi hubungan dagang antara orang Banjar dengan Belanda. Pada perkembangan selanjutnya Belanda memonopoli perdagangan lada bahkan ingin menguasai wilayah kerajaan Banjar dengan politik devide et impera. Perang Banjar juga dilatarbelakangi oleh intervensi Belanda, hal ini tampak dalam pengangkatan Belanda terhadap Tamjidillah sebagai Sultan Banjar pada tahun 1857. Pengangkatan Tamjidillah menjadi Sultan Banjar ini telah melanggar surat wasiat yang dibuat oleh Sultan Adam yang menghendaki Pangeran Hidayatullah untuk menjadi Sultan ketika ia nanti wafat. Setelah Tamjidillah diangkat menjadi Sultan, maka timbul kericuhan di wilayah kerajaan Banjar. Kericuhan itu merupakan reaksi masyarakat Banjar yang tidak suka akan pengangkatan Tamjidillah menjadi Sultan. Pada tanggal 28 April 1859 Pangeran Antasari memimpin rakyat Banjar untuk melakukan penyerangan terhadap Belanda di benteng Oranye Nassau, sejak saat itulah Perang Banjar meletus. Dalam Perang Banjar ini Pangeran Antasari tampil ke gelanggang perjuangan bahu membahu dengan pejuang Banjar lainnya untuk menyelamatkan kerajaan Banjar dari tangan Belanda. Yang menarik, Pangeran Antasari mengucapkan sumpah Haram Manyarah Waja Sampai Kaputing yang berarti bahwa perjuangan dipandang haram kalau menyerah kepada Belanda, oleh karena itu perjuangan harus diteruskan sampai tercapai apa yang dicita-citakan yaitu tanah Banjar bebas dari penjajahan. Sumpah tersebut, bagi Pangeran Antasari dan pengikutnya merupakan suatu ikrar yang harus ditaati. Pangeran Antasari juga sempat diangkat menjadi Sultan Banjar pada tanggal 14 Maret 1862 dengan gelar Panembahan Kahlifatul Mu'minin. Meskipun pada tahun tersebut Pangeran Antasari meninggal dunia, tapi perjuangannya tetap dilanjutkan oleh anaknya yang bernama Pangeran Seman sampai perang ini berakhir. %K Perjuangan, Pangeran Antasari, Belanda, Perang Banjar %D 2008 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %L digilib796