TY - THES ID - digilib8305 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8305/ A1 - NUR SYARIFAH, NIM. 09520034 Y1 - 2013/06/07/ N2 - Agama menjadi kebutuhan yang mendasar bagi eksistensi manusia dalam kehidupannya. Sebagaimana dikemukakan oleh Raimundo Panikkar, ekspresi keagamaan seseorang dibedah menjadi tiga yaitu; eksklusifisme, inklusifisme, dan pluralisme. Dengan adanya pemahaman inilah sehingga Pluralitas keberagamaan dapat diterima, dan dengan menggunakan paradigma pluralisme, maka hal-hal negatif yang dapat memunculkan konflik tidak akan terjadi. Pluralitas keberagamaan merupakan suatu realitas yang tidak bisa ditolak atau bahkan dihilangkan. Kenyataan ini membawa pada suatu konsekuensi logis dalam kehidupan keberagamaan, yakni untuk hidup berdampingan dalam perbedaan keyakinan. Hal ini sebagaimana yang terjadi di RW 02 Kampung Miliran, Kelurahan Muja-muju, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta. Meskipun hidup dalam pluralitas agama dan terdapat tiga tempat ibadah yaitu Masjid, Gereja Kristen beserta Panti asuhannya, dan Vihara Vidyaloka yang letaknya tidak berjauhan, bahkan untuk Gereja dan Vihara letaknya hanya bersebelahan, tetapi mereka tetap hidup rukun dan harmonis satu dengan lainnya. Berdasarkan relita tersebut, penulis merumuskan dua persoalan yaitu; apa landasan terciptanya kerukunan antar umat beragama di RW 02 Kampung Miliran, Muja-muju, Umbulharjo, Yogyakarta, dan bagaimana metode masyarakat plural tersebut dalam mempertahankan kerukunan antar umat beragama. Metode yang digunakan; menentukan lokasi penelitian, pengumpulkan data dengan cara; observasi untuk mengamati dan menyelidiki fakta-fakta empiris yang terjadi, interview kepada para tokoh masyarakat, agama, dan warga, dan dokumentasi. Setelah data terkumpul, penulis menganalisa dengan menggunakan teori struktural fungsional dari Talcott Parsons dengan empat premisnya yaitu AGIL: Adaptation, Goal Attainment, Integration, dan latent Pattern Maintenance. Setelah melakukan penelitian, penulis mendapatkan hasil bahwa; pertama, adanya landasan ajaran dari masing-masing agama yang mengajarkan tentang rasa saling mengasihi dan menghormati antar umat beragama, adanya norma-norma yang berlaku dalam masyarakat Jawa seperti: etika, prinsip rukun dan prinsip hormat, tingkat pendidikan dan perekonomian masyarakat yang berada dalam kalangan menengah ke atas, dan adanya undang-undang yang menjamin kemerdekaan penduduk untuk memeluk agama masing-masing. Sehingga tercipta masyarakat yang hidup dalam kerukunan sebagaimana tergambar dari kegotong royongan mereka ketika menjenguk orang sakit, melayat, menghadiri acara pernikahan, kelahiran bayi, dan sebagainya. Kedua, mereka menerapkan ajaranajaran agama dan etika atau kaidah dasar masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini terlihat dari memperingati hari kemerdekaan dan syawalan bersama tanpa membedakan agama (adaptation). Adanya rasa patuh yang diberikan masyarakat kepada pemimpin yang berbeda agama, menunjukkan adanya sikap tunduk demi mencapai tujuan bersama (goal attainment). Dengan adanya pembauran satu dengan lainnya, maka masyarakat dapat meminimalisir terjadinya konflik antar umat beragama (integration). Meskipun mereka melebur, tetapi dalam diri masing-masing tetap ada sesuatu yang dipertahankan dalam dirinya (lattent pattern maintenence) yaitu prinsip agama yang diyakini dan norma budaya. PB - UIN SUNAN KALIJAGA M1 - skripsi TI - KERUKUNAN ANTAR UMAT BERAGAMA (Studi Hubungan Antar Umat Beragama: Islam, Katolik, Kristen Protestan, dan Buddha di RW 02 Kampung Miliran, Kelurahan Muja-muju, Kecamatan Umbulharjo, Yogyakarta) AV - restricted ER -