@article{digilib8469, month = {January}, title = {THE MALAY-MOSLEM AND THAILAND ADMINISTRATION: A POWER RELATION PERSPECTIVE }, author = {- CAHYO PAMUNGKAS }, year = {2005}, journal = {Jurnal Hermeneia{$\backslash$}Vol-4-No-1-2005}, keywords = {Malay Moslem, Thailand Moslem, relation}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/8469/}, abstract = {Artikel ini bertujuan untuk mendeskripsikan mengenai perkembangan hubungan politik antara orang-orang Melayu Muslim di provinsi-provinsi perbatasan selatan setelah perang dunia kedua. Kebijakan pertama yang diterapkan adalah pendirian Majelis Ugama Islam untuk mengendalikan seluruh aktivitas kaum ulama.Setelah itu disertai dengan kebijakan mengubah status pondok sebagai lembaga islam tradisional menjadi sekolah-sekolah islam semi pemerintah. Kedua kebijakan ini berdampak pada munculnnya gerakan separatisme yang bertujuan untuk kemerdekaan provinsi-provinsi Thailand Selatan. Perubahan politik pada tahun 1978 mendorong pemerintah untuk menyelesaikan separatisme di Thailand Selatan dengan pendekatan sosial ekonomi sehingga mampu memadamkan semangat kemerdekaan orang-orang Muslim Melayu. Namun pada awal tahun 2004, pemerintah Thailand di bawah Perdana Menteri Thaksin Shinawatra menerapkan kembali pendekatan keamanan untuk mengatasi gejolak-gejolak sosial di Thailand Selatan sehingga menimbulkan ratusan korban masyarakat sipil.} }