@phdthesis{digilib9365, month = {April}, title = {TAFSIR ETIK 'IZZUDDIN IBN 'ABDIS-SALAM: STUDI TENTANG KONSEPSI ETIKA YANG DIDERIVASIKAN DARI AYAT-AYAT AI-QUR' AN}, school = {UIN SUNAN KALIJAGA}, author = {NIM.: 98532760 GHOZI MUBAROK}, year = {2003}, url = {https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9365/}, abstract = {'Izzuddin ibn' Abdis-Salam adalah seorang intelektual muslim yang hidup di abad 6-7 H/12-13 M. Dia dijuluki sultan al-'ulama', terutama karena independensinya berhadapan dengan kekuasaan. Minat keilmuannya sangat luas, mencakup hampir seluruh disiplin keilmuan dasar dalam tradisi Islam. Namun demikian, gagasan-gagasannya dikenal terutama di bidang Fikih. Skripsi ini berupaya menggali aspek lain dari pemikiran 'Izzuddin, yaitu konsepsi etikanya yang diderivasikan dari al-Qur'an, Fokus perhatian dalam skripsi ini adalah tafsir etik 'Izzuddin terhadap ayat-ayat tertentu dari al-Qur'an. Kajian atas tafsir etik 'Izzuddin itu dilakukan dalam beberapa tahap. Pertama, mendeskripsikan penafsiran etik-normatif 'Izzuddin atas beberapa ayat al-Qur'an. Dalam deskripsi itu, digunakan klasifikasi konsep-konsep etika yang dibangun oleh Toshihiko Izutsu. Kedua, menjelaskan elaborasi 'Izzuddin atas konsep ma,-lalJah dan mafsadah -dua .konsep yang premis-premisnya diinferensikan dari al-Qur'an- sebagai konsep etika evaluatif-klasifikatoris. Ketiga, menguraikan gcnealogi tafsir etik 'Izzuddin sekaligus menganalisis implikasi tafsir etik itu pada kajian-kajian etika secara umum. Dengan mengikuti garis argumentasi 'Izzuddin sendiri, dapat dilihat bahwa tafsir etik 'Izzuddin merupakan pengembangan dan modifikasi atas konsepsi etika voluntaristis Asy'ariyah serta etika esoteris-spiritual para sufi. Modifikasi itu membantu menjembatani dilema-dilema yang ada, terutama pada level praktis. Namun, tidak selamanya hal itu menyelesaikan persoalan. Pada level teoretis, modifikasi itu masih menyisakan pertanyaan-pertanyaan. Tafsir etik 'Izzuddin menyiratkan perlunya elaborasi konseptual terhadap sistem etika yang mengacu pada sumber-sumber primer ajaran Islam sendiri. Di sisi lain, tafsir etik itu juga mengisyaratkan bahwa sistem etika yang berlandaskan ajaran-ajaran agama masih mempunyai daya tariknya hingga di masa-masa sekarang. Hanya saja, transformasi budaya yang terus berlangsung sedemikian rupa mengharuskan adanya konvergensi pendekatan-pendekatan etika yang beragam. Di sini tafsir etik 'Izzuddin menjadi tawaran yang menarik untuk dikaji. Akhimya, penulis berharap skripsi ini bisa memperkaya kajian-kajian tafsir dan studi keislaman secara umum.} }