%0 Thesis %9 Skripsi %A YASYA AKHIRO - NIM. 01530601, %B Fakultas Ushuluddin %D 2008 %F digilib:941 %I UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta %K Penafsiran, Ibnu Taimiyyah, haasanah, Sayyi'ah %T PENAFSIRAN IBNU TAIMIYYAH TENTANG HAASANAH DAN SAYYI'AH DALAM SURAT AN-NISA AYAT 79 i (Studi Terhadap Kitab Al-Haasanah wa al-Sayyi'ah) /i %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/941/ %X ABSTRAK Kebaikan dan keburukan merupakan suatu hal yang selalu mengiringi kehidupan manusia pada dasarnya perbuatan baik dan buruk merupakan perbuatan yang telah ditakdirkan oleh Allah, namun hal ini menjadi kontroversi oleh para Mutakallimin dalam Islam. Kenyataan ini sebenarnya sudah terlihat dalam al-Qur'an dalam surah al-Nisa (4) ayat 78, dalam ayat itu dijelaskan bahwa segala perbuatan baik dan buruk sudah ditakdirkan oleh Allah, namun pada ayat berikutnya masih dalam surah al- Nisa ayat 79 menjelaskan bahwa kebaikan itu berasal dari Allah swt dan keburukan berasal dari manusia. Ibnu Taimiyyah sebagai seorang ulama Salaf menafsirkan surah al-Nisa ayat 78 dan ayat 79 ini tidak ada kontradiksi dalam ayat yang menyebutkan semuanya itu, baik itu kebaikan maupun keburukan, berasal dari Allah swt dan ayat yang berikutnya mengatakan bahwa kebaikan berasal dari Allah dan keburukan berasal dari manusia. Ibnu Taimiyyah menafsirkan dengan menggunakan metode salaf, bahwa menurutnya metode tafsir terbaik adalah, pertama, penafsiran ayat al-Qur'an dengan ayat al-Qur'an. Kedua, penafsiran dengan sunah. Ketiga, penafsiran ayat al-Qur'an dengan perkataan sahabat. Ketiga, penafsiran ayat al-Qur'an dengan tabi'in. Metode penelitian yang dipakai dalam karya ilmiah ini yakni dengan cara meneliti beberapa literatur yang terkait dengan masalah yang diteliti yakni, dengan meneliti beberapa literatur yang terkait dengan masalah baik dan buruk yang dikemukakan oleh Ibnu Taimiyyah. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini yakni bahwa Ibnu Taimiyyah menganggap h}asanah dan sayyi'ah itu mengarah pada pengertian nikmat dan musibah seperti yang ditunjukkan oleh redaksinya. Selanjutnya baik dan buruk dimaknai sebagai ketaatan dan maksiat tapi pengertian ini bisa dibenarkan jika hanya disertai dengan pengertian nikmat dan musibah br br %Z Pembimbing I : Drs. M. Yusuf, M.Ag.; Pembimbing II : Afdawaiza, M.Ag,