%0 Thesis %9 Skripsi %A M. ALI FIKRI, NIM. 91510907 %B UIN SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA %D 1999 %F digilib:9758 %I PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA %K filsafat, prespektif, islam %T MENCARI AKTUALITAS MAKNA KONTEMPLASI DAN AKSI (prespektif Filsafat Perenial Aldous Huxley) %U https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9758/ %X Pada hakikatnya, manusia merupakan suatu kesatuan dan keserbaragaman. Ia merupakan pusat aktivitas material dan spiritual sekaligus. Namun kenyataan yang terjadi saat ini adalah pengingkaran terhadap realitas tadi, sehingga dunia mengalami krisis, dimana rnanusia kehilangan pengetahuan dan pengertian tcntang jati dirinya dan ten tang alam sernesta. Kini manusia kini telah mengabaikan dan menyempitkan arti kenyataan bahwa ia terdiri dari realitas raga dan jiwa, mental-spiritual, rasional, emosional dan bahkan supra-rasional. Euforia manusia modern yang mengagung-agungkan rasionalitas telah mcnjadikan manusia lupa diri atau bahkan tak tahu diri. Dimulai pada periode RenairanJ, dcngan lantang ia bcrteriak " Aku Bcbas !". Namun apa yang kernudian terjadi?, ketimpangan yang disebabkan oleh kesalahan orientasi tcrhadap makna kcbcbasan. Yang lahir bukannya kcrncrdckaan, melainkan keterpurukan dalam malapetaka besar, yang melahirkan bangunan-bangunan mati, ringkih dan berbahaya, yang setiap saar dapat runtuh dan mengubur penghuninya. Pengetahuan manusia tentang benda-benda mati tidak seimbang dengan pengetahuan dan keinsyafannya terhadap realitas terdalam dalarn dirinya, tentang jiwa, moralitas, makna dan tujuan hidup, juga ten tang spiritualitas, Kerniskinan yang sesungguhnyaL Manusia harus rncnjadi ukuran dari scgala hal. Scrncntara itu, kini ia menjadi orang asing di dunia yang ia ciptakan sendiri, Manusia belum sanggup mengatur dunia untuk dirinya, karena manusia tidak merniliki pengetahuan yang konseptual dan praktis mengenai hakikat dirinya. Dengan demikian, kemajuan pesat yang dicapai oleh ilmu-ilmu mengenai bend a mati yang melampaui ilrnu-ilrnu hayati merupakan malapetaka terbesar yang pernah diderita manusia. Lalu, haruskah kita hanya akan menunggu dari detik ke detik terjadinya kehancuran dunia? Apakah yaag akan terjadi jika para penguasa tornbolĀ­ tombol pemusnah rnassal (Inca: Nuklir) telah benar-benar gila rnenekan tombol dan mcnabuh gcndcrang pcrangnya? Bukankah dari hari kc hari kita merasakan apa yang berubah dari perilaku manusia yang semakin biadab, garang dan beringas? Manusia memangsa manusia!. Yang terbaik yang dapat kita perbuat adalah memulai membenahi diri sendiri untuk dapat melihat kenyataan dunia jiwa, ruh dan dunia spirit, suatu realitas yang terdalam yang tak terbatas yang juga merupakan bagian dari dunia dan tanggung jawab kita yang telah lama kita abaikan.