TY - THES ID - digilib9766 UR - https://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/9766/ A1 - SUMIATI AINI, NIM. 97532493 Y1 - 2004/07/28/ N2 - Wacana tentang bid'ah merupakan salah satu contoh bahwa tidaklah mudah untuk mengklaim Islam merupakan agama yang representatif di segala zaman dan medan budaya. Vmat Islam selalu menganggap Islam adalah satu­ satunya yang mampu hadir di segala kondisi. Namun kalaulah pemahaman umat Islam terhadap agamanya sendiri terutama dua sumber hukum Islam yang pokok yakni al-Qur'an dan sunnah tetaplah seperti apa adanya sangat sulit menjamin Islam mampu tampil melebihi dari apa yang diharapkan. Persoalannya bukan terletak pada agama Islam, tetapi terletak pada umat Islam itu sendiri. Sudah banyak contoh kejumudan dan kemandekan berfikir dalam sejarah yang menyebabkan stagnasi intelektual yang juga berarti sebuah langkah mundur. Ironisnya umat Islam kebanyakan sudah terbiasa dengan tradisi seperti ini. Walhasil sampailah merugikan dunia Islam sendiri. Wacana bid'ah sebenamya adalah persoalan klasik. Akan tetapi dalam realitas kehidupan masyarakat, perbedaan pemahaman mengenai konsep bid'ah secara langsung maupun tidak langsung pada kenyataannya melahirkan banyak konflik (teologis, kultural bahkan politis). Beragamnya tentang pengertian bid'ah dalam konteks hukum Islam menimbulkan banyak interpretasi. Dalam konteks Indonesia, persoalan bid'ah pemah menjadi polemik yang keberadaannya tidak dapat dilepaskan dari munculnya organisasi keagamaan (Muhammadiyah, NV, Perti, al-Irsyad, dan lain-lain). Menurut Hasbi bahwa bid'ah adalah sesuatu yang diadakan (barn) tanpa ada contoh sebelumya, dan bid 'ah menurut Hasbi adalah lawan dari sunnah. Hasbi sangatlah mengecam bid'ah dalam hal agama, adapun dalam hal yang tidak berkaitan dengan agama yaitu aktifitas sehari-hari ('adah) maka tidak ada bid'ah di dalamnya. Menurutnya segaIa macam bid 'ah adala sesat, pencelaan yang di hadapkan agama kepada bid'ah adalah umum, tidak ada yang dikecualikan. Sedangkan menurut Siradjuddin Abbas bid 'ah merupakan semua peketjaan keagamaan yang belum dikenal pada masa Rasulullah sekalipun pekerjaan baik. Menurutnya tidak semua bid'ah jelek (dhalalah), karena masih ada bid'ah yang baik (hasanah). Mengenai keumuman pencelaan bid'ah ternyata ada beberapa ulama yang berpendapat termasuk Siradjuddin Abbas bahwa hal itu adalah umum tapi dapat dikhususkan, sehingga pembagian bid 'ah menjadi hasanah dan dhalalah adalah beralasan, pendapat ini bertolak belakang dengan pendapat Hasbi. Pokok kajian dalam penelitian ini akan difokuskan pada konsep pemikiran keduanya, disamping juga ulama-ulama yang bersinggungan dengan pemikiran keduanya mengenai bid'ah tentunya. Dengan mencoba menganalisa segi-segi latar belakang perbedaan konsep pemikiran keduanya mengenai bid 'ah yang tidak lepas dari latar belakang keduanya sebagai individu dalam kancah intelektual Islam khususnya sebagai masyarakat muslim Indonesia. PB - PERPUSTAKAAN UIN SUNAN KALIJAGA KW - bid'ah KW - islam M1 - skripsi TI - KONSEP BID'AH DALAM PANDANGAN HASBI ASH-SHIDDIEQY DAN SIRADJUDDIN ABBAS AV - restricted ER -