TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT MANDAR (STUDI TERHADAP PERGESERAN PERSEPSI DAN PERILAKU PEMBERIAN MAHAR DI KECAMATAN TAPANGO KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT)

MUHAMMAD ADAM HR - NIM. 03350011, (2008) TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT MANDAR (STUDI TERHADAP PERGESERAN PERSEPSI DAN PERILAKU PEMBERIAN MAHAR DI KECAMATAN TAPANGO KABUPATEN POLEWALI MANDAR SULAWESI BARAT). Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Full text not available from this repository.

Abstract

ABSTRAK Pembahasan tentang mahar dalam Masyarakat adat mandar yang telah mengalami sebuah pergeseran baik pada persepsi maupun perilaku Masyarakat. Dalam skripsi ini tidak hanya mengangkat tema di atas sebagai wacana semata akan tetapi kemudian menjadi valid setelah penulis melakukan sebuah observasi dan penelitian. Pengkajian mahar dari aspek teoritis dan praktiknya pada masyarakat Tapango membuka ruang untuk mengkajinya kembali. Mahar menurut fiqh konvensional adalah harta yang diberikan kepada wanita baik secara langsung pada waktu pelaksanaan akad maupun pada waktu yang lain, dan dapat dimanfaatkan menurut kriteria dan pandangan syara', dan mahar menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 30 Calon mempelai pria wajib membayar mahar kepada calon mempelai wanita yang jumlah, bentuk dan jenisnya disepakati oleh kedua belah pihak . Sementara mahar menurut hukum adat ialah pemberian wajib yang diberikan dan dinyatakan oleh calon suami kepada calon istrinya di dalam shighat akad nikah yang merupakan tanda persetujuan dan kerelaan dari mereka untuk hidup sebagai suami isteri, akan tetapi untuk konteks kekinian di Masyarakat Tapango telah terjadi pergeseran, bahwa yang mereka maknai mahar adalah uang belanja sedangkan hakikat mahar tidak lagi diposisikan pada posisinya. Pada awalnya interpretasi masyarakat akan mahar adalah sama dengan interpretasi ulama-ulama konvensional. Dengan adanya interpretasi yang salah akan makna mahar tersebut sehingga terjadilah sebuah pergeseran makna dan nilai mahar, baik secara perspektif maupun pada perilaku masyarakat Tapango dalam penetapan dan pemberian mahar. Adat atau sebuah kebiasaan masyarakat Tapango ini kemudian menjadi satu kekuatan bagi keluarga yang memiliki anak gadis, karena akan menjadi prospek dalam kelangsungan pernikahan untuk mengambil sebuah manfaat dari pihak keluarga laki-laki. Dalam menganalisis permasalahan di atas, penulis menggunakan metode pendekatan normatif-sosilogis yaitu berdasarkan kaidah-kaidah yang ada dan kuat untuk mendukung serta mencapai kemungkinan dalam mengkompromikannya, sedangkan sosiologis yaitu suatu pendekatan yang digunakan untuk meneliti suatu masalah dengan mengaitkan suatu keadaan yang ada dalam masyarakat. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan cara melakukan observasi, interview serta mengumpulkan beberapa data-data penting yang dapat mendukung kevalidan penelitian ini. Setelah dilakukan penelitian terhadap permasalahan tersebut, maka dihasilkan bahwa uang belanja yang dimaknai mahar dikarenakan oleh beberapa faktor, yaitu; faktor Ekonomi, minimnya pengetahuan agama dan faktor gengsi.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing I : Drs. Ahmad Pattiroy, MA., Pembimbing II : Hj. Fatma Amilia, S.Ag., M.Si.
Uncontrolled Keywords: Perkawaninan adat masyarakat mataram, Tinjauan hukum Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Last Modified: 04 May 2012 23:40
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1178

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum