AYAT-AYAT EKOLOGIS DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH

MUWAFIQATUL ISMA - NIM. 03531355, (2008) AYAT-AYAT EKOLOGIS DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH. Skripsi thesis, UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

[img]
Preview
Text (AYAT-AYAT EKOLOGIS DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH)
BAB I, BAB V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (2MB) | Preview
[img] Text (AYAT-AYAT EKOLOGIS DALAM TAFSIR AL-AZHAR DAN TAFSIR AL-MISHBAH)
BAB II, BAB III, BAB IV.pdf - Published Version
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

ABSTRAK Kerusakan alam di Indonesia cukup parah. Hal ini disebabkan oleh perbuatan manusia yang tidak menyadari pentingnya menjaga dan memelihara alam. Padahal, alam adalah sumber dan tempat di mana manusia hidup dan berkembang. Bagi Sayyed Hossein Nasr, semuanya berpangkal dari krisis spiritual dan pengenalan terhadap Tuhan. Sementara itu, penduduk Indonesia mempercayai adanya Tuhan Yang Maha Esa. Sebagian besar diantara mereka adalah umat Islam yang berpegang teguh kepada al-Qur'an dan Hadis. Sebuah dasar Islam yang melarang umatnya untuk melakukan pengrusakan di muka bumi ini. Karena itulah, fenomena ini penting di baca dari perspektif tafsir al-Qur'an. Penulis mengkaji Tafsir Al-Azhar karya Haji Abdul Malik bin Abdul Karim Amrullah (1908-1981) yang akrab dengan sebutan Hamka, dan Tafsir Al-Mishbah karya Muhammad Quraish Shihab (1944- ). Terpilihnya dua tafsir ini tidak lain karena kedua pengarangnya adalah berlatar belakang Indonesia. Jika Hamka mewakili tokoh tafsir era 1951-1980 dan Quraish Shihab sebagai tokoh tafsir kontemporer era 1981-sekarang, sehingga memungkinkan kedua tafsir ini menelorkan karya tafsir yang berbeda pula. Hamka dan Quraish sama-sama mengatakan bahwa setelah apa yang dianugerahkan oleh Allah kepada manusia berupa alam semesta ini, manusia tidak pantas untuk mengingkarinya tetapi justru harus ingat bahwa di dunia hanyalah sementara dan cepat atau lambat manusia pasti akan kembali kepada Allah. Oleh karena itu manusia perlu bersyukur dan berterima kasih dengan menjaga alam dari kerusakan dan mengelolanya dengan baik. Akan tetapi secara spesifik keduanya berbeda ketika berbicara tentang penyebab kerusakan alam ini. Bagi Hamka, kerusakan alam bermula dari rusaknya jiwa yang mengakibatkan rusaknya perekonomian dan manusia berlaku di luar batas sehingga kerusakan alam akan terjadi. Sementara itu Quraish mengategorikan kerusakan alam bukan hanya kerena rusaknya jiwa melainkan kerusakan di segala bidang mulai dari keenganan menerima kebenaran dan pengorbanan nilai-nilai agama seperti pembohongan, penipuan, pembunuhan, pemborosan, gangguan terhadap kelestarian lingkungan hingga merusak fitrah kesucian manusia, yakni tidak memelihara tauhid yang telah dianugerahkan oleh Allah kepada manusia. Karena perbedaan latar belakang lingkungan, pendidikan dan kompentensi yang tak sama, kedua tafsir ini berbeda pula. Tafsir Hamka tidak memiliki kedalaman bahasan dibandingkan dengan tafsir yang di tulis oleh Quraish yang memiliki kompetensi dalam bidang tafsir. Meskipun demikian di lihat dari struktur penulisannya Tafsir Al-Azhar dengan nukilan-nukilan pepatah plus susunan kalimat yang seringkali analogis bagi banyak kalangan lebih mudah di terima dibandingkan dengan Tafsir Al-Mishbah yang lebih ilmiah dengan ciri khasnya yang leksikalis sehingga tafsir ini lebih cocok disajikan untuk kalangan intelektual dan cendikiawan.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing I : Prof. Dr. Muhammad. ; Pembimbing II : Afdawaiza, S.Ag
Uncontrolled Keywords: Ayat, Ekologis, Tafsir
Subjects: Tafsir Hadist
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Tafsir Hadist (S1)
Depositing User: Miftakhul Yazid Fuadi [staff it]
Date Deposited: 07 Jun 2012 16:43
Last Modified: 18 Oct 2016 11:24
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/1331

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum