PEREMPUAN SEBAGAI HARSUN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES)

ULUFATUL KHOIRIYAH , NIM. 10530069 (2014) PEREMPUAN SEBAGAI HARSUN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES). Skripsi thesis, UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA.

[img]
Preview
Text (PEREMPUAN SEBAGAI HARSUN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf

Download (2MB) | Preview
[img] Text (PEREMPUAN SEBAGAI HARSUN DALAM AL-QUR’AN (KAJIAN SEMIOTIKA ROLAND BARTHES))
BAB II, III, IV.pdf
Restricted to Registered users only

Download (1MB)

Abstract

Ketidakadilan gender merupakan permasalahan yang hingga dewasa ini belum mencapai titik final. Relasi laki-laki dan perempuan belum dapat dikatakan seimbang. Masih ada ketidakadilan-ketidakadilan di antara keduanya ynag termanifestasikan dalam beberapa bentuk: marginalisasi, subordinasi, stereotype, violence, dan double burden. Manifestasi keadilan tersebut dapat terjadi dalam berbagai ranah kehidupan sosial. Salah satunya adalah dalam kehidupan rumah tangga. Dalam tataran historis, kehidupan rumah tangga yaitu relasi antara suami dan istri pada umumnya masih belum seimbang. Suami dipandang sebagai kepala keluarga yang secara mutlak menguasai kehidupan rumah tangganya. Sementara istri haruslah mengikuti dan menuruti kemauan suami. Istri tidak mempunyai “hak suara” dalam kehidupan rumah tangga. Salah satu penyebab terjadinya ketidakadilan gender adalah penafsiran teks-teks agama yang bias gender. Al-Qur’an sebagai kitab petunjuk pada dasarnya membawa misi keadilan bagi umat manusia. Akan tetapi, penafsiranpenafsiran yang dilakukan oleh penafsir terkadang tidak dapat menampung pesanpesan keadilan tersebut. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu faktor ketidaktahuan bahwa istri memiliki kebebasan, kemandekan tafsir al-Qur’an dan hadis, pengabaian sebab konteks turunnya ayat atau hadis, serta normalisasi gender yang bersifat patriarkhis. Solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan melakukan penafsiran ulang terhadap ayat-ayat yang berbicara tentang relasi gender secara lebih komprehensif. Penafsiran tidak hanya dilakukan dalam tingkatan linguistik atau bahasa, tetapi dilakukan dengan lebih mendalam yaitu dengan membaca pesan di balik makna literalnya. Kajian yang demikian dapat dilakukan dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes, sebab teori yang diusung Roland Barthes mengusung sistem pemaknaan yang bertingkat, yaitu pemaknaan yang menjadikan makna linguistik sebagai titik tolak untuk memahami berbagai hal yang ikut menembus masuk ke dalam ayat tersebut, seperti konteks sosiol, sejarah, atau ideology, sehingga dihasilkan pemaknaan yang komprehensif. Dengan menggunakan teori ini, maka kajian terhadap ayat yang berbicara tentang relasi gender, yaitu surah al-Baqarah [2]: 223 menghasilkan sebuah pemaknaan baru, yaitu kehidupan rumah tangga bukanlah kehidupan yang dikuasai oleh salah satu pihak (suami). Akan tetapi, di dalam kehidupan rumah tangga, suami dan istri memiliki hak yang sama untuk turut andil mengatur rumah tangganya. Dengan kata lain, dalam kehidupan rumah tangga diperlukan komunikasi yang seimbang antara suami istri, bukan hanya suami yang memiliki hak suara di dalam keluarga. Dengan demikian, suami dan istri dapat berjalan berdampingan membangun keluarga yang harmonis.

Item Type: Thesis (Skripsi)
Additional Information: Pembimbing : Adib Sofia, S.S, M.Hum
Subjects: Ilmu Alqur’an dan Tafsir
Divisions: Fakultas Ushuludin dan Pemikiran Islam > Ilmu Alqur’an dan Tafsir (S1)
Depositing User: Miftahul Ulum [IT Staff]
Date Deposited: 28 Aug 2014 15:24
Last Modified: 19 May 2015 13:41
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/13869

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum