PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN (Studi Komparatif Struktur Keilmuan Kitab-kitab Kuning dan Implementasinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta)

Sembodo Ardi Widodo, M.Ag, NIM. 983120 / S-3 (2005) PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN (Studi Komparatif Struktur Keilmuan Kitab-kitab Kuning dan Implementasinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta). Doctoral thesis, Pasca Sarjana.

[img]
Preview
Text (PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN (Studi Komparatif Struktur Keilmuan Kitab-kitab Kuning dan Implementasinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta))
BAB I, V, DAFTAR PUSTAKA.pdf - Published Version

Download (5MB) | Preview
[img] Text (PENDIDIKAN ISLAM PESANTREN (Studi Komparatif Struktur Keilmuan Kitab-kitab Kuning dan Implementasinya di Pondok Pesantren Tebuireng Jombang dan Mu’allimin Muhammadiyah Yogyakarta))
BAB II,III.IV.pdf - Published Version
Restricted to Repository staff only

Download (14MB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan struktur keilmuan kitab-kitab kuning dalam bidang aqidah, fiqh, akhlak, bahasa Arab, tafsir, dan hadis yang diajarkan di P.P. Tebuireng dan Mu’allimin Muhammadiyah beserta metode pengajarannya, mengungkapkan dasar-dasar ideologis-epistemologis penyeleksian kitab-kitab yang digunakan, dan mengungkapkan implikasi dan konsekuensi teoretisnya terhadap cara berpikir santri dalam menanggapi suatu masalah dan terhadap pengembangan kerangka keilmuan Islam selanjutnya. Penelitian ini merupakan perpaduan antara penelitian kepustakaan dan penelitian lapangan. Obyek penelitiannya adalah kitab-kitab kuning yang diajarkan di P.P. Tebuireng dan Mu’allimin Muhammadiyah, metode pengajarannya, dan pandangan santri. Metode yang digunakan adalah metode observasi, interview, dokumentasi, dan angket. Untuk analisis data digunakan analisis komparatif dengan memakai teori strukturalisme Piaget dan teori al-Jabiri. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam bidang aqidah, kitab-kitab aqidah di P.P. Tebuireng bergerak dari episteme yang mengedepankan nilai sastra (nazham) tanpa dalil-dalil rasional (kitab ‘Aqîdah al-‘Awâm) ke episteme argumentatif-hipotetik-rasional (kitab Kifâyah al-‘Awâm), sedangkan di Madrasah Mu’allimin hanya disandarkan sepenuhnya pada nash. Dalam bidang fiqh, kitab-kitab fiqh di P.P. Tebuireng bergerak secara dinamis dari kitab yang hanya sekedar membeberkan bahasannya secara singkat tanpa adanya dalil-dalil dari nash dan pendapat para ulama fiqh ke operasi epistemologis yang mendasarkan pada dalil-dalil nash , qiyas, dan pendapat para ulama safi’iyyah sampai kepada penggunaan logika hipotetik sedangkan semua Muqarrar al-Fiqh yang diajarkan di Madrash Mu’allimin, baik pada tingkat tsanawiyah maupun aliyah, hampir sepenuhnya berdasarkan pada nash sebagai dalil-dalilnya. Dalam bidang akhlak, kitab-kitab akhlak yang diajarkan di P.P. Tebuireng membentuk struktur keilmuan yang dinamis. Dimulai dengan episteme intuitif dengan nuansa bahasa sastra (‘Izhah al-Nâsyi’în) ke episteme yang disandarkan pada hadis, pendapat dan suri tauladan para ulama, dan logika fiqh (Ta’lîm al-Muta’allim) menuju episteme intuitif dengan logika analogis-metaforis, hipotetis, dan “logika wahyu” sebagaimana yang dikembangkan oleh Imâm al-Ghazâli dalam kitab Minhâj al-Abîdin dan Ihyâ’ ‘Ulûm al-Dîn. Sedangkan episteme Muqarrar al-Akhlâq yang diajarkan di Madrasah Mu’allimin bersifat statis. Struktur keilmuannya hanya terpaku pada dalil-dalil nash saja. Dalam bidang bahasa Arab, kitab-kitab nahwu (bahasa Arab) yang diajarkan di P.P. Tebuireng mengindikasikan adanya perpindahan operasi epistemologis dari model induktif ke model pembahasan yang menyatu antara konsep umum dengan contoh-contoh konkritnya yang dikemas dalam bentuk prosa menuju pembahasan yang masih berupa konsepsi global (abstrak) dalam bentuk nazham. Sedangkan pola pengoraganisasian kurikulum bahasa Arab dalam muqarrar-muqarrar yang diajarkan di Madrasah Mu’allimin, baik pada tingkat tsanawiyah maupun aliyah, secara umum strukturnya sama, dimulai dengan bacaan (Qirâ’ah, Muthâla’ah atau Muhâdatsah) dan kosa katanya (Mufradât), lalu bacaan tersebut dijjelaskan dimensi-dimensi tata bahasanya (Qawâ’id), terjemahan, karangan (Insyâ’), imlâ, dan percakapan (Muhâdatsah). Dalam bidang tafsir, kitab-kitab tafsir yang diajarkan di P.P. Tebuireng menunjukkan adanya operasi-operasi epistemologis yang dinamis, bergerak dari metode ijmâli (Tafsîr Jalâlain) ke metode “tahlîlî” (Tafsîr al-Munîr) menuju model Tafsîr bi al-Ma’tsûr (Tafsîr Ibnu Katsîr). Sementara itu, dalam Muqarrar al-Tafsîr menunjukan bahwa penafsirannya hanya bersifat rasional-keilmuan saja, atau berhenti pada satu model penafsiran saja. Dalam bidang hadis, kitab-kitab hadis yang diajarkan di P.P. Tebuireng struktur keilmuannya bergerak dari hadis-hadis yang ditentukan melalui proses penyeleksian dari beberapa segi (peringkasan dan tahqîq, penjelasan tingkat hadis baik dari sisi keshahihan, kelemahan, maupun sisi i’lâl) dan penjelasan para perawi hadis dalam kitab-kitabnya, serta penyebutan hal tambahan pada riwayat al-Kutub al-Sittah dengan menjelaskan sisi-sisi tambahannya hingga hadis-hadis yang ada dalam setiap bab merupakan hadis-hadis yang paling shahih. Kemudian masuk ke kitab hadis yang merupakan “ringkasan” dari kitab Shahîh al-Bukhâri yaitu dengan mengambil pokok-pokok hadisnya saja, dan sanad-sanad yang terkesan panjang dihilangkan, sehingga yang tinggal hanya nama sahabat yang meriwayatkan hadis, seperti ‘an ‘A’iyah, ‘an Ibni Abbâs, ‘an Abdullâh bin Abbâs, ‘an Ibnu ‘Umar, ‘an Anas, dan ‘an Anas bin Mâlik. Selanjutnya, kitab Shahîh al-Bukhâri dan kitab Shahîh Muslim secara metodologis juga berbeda, dalam arti ada dinamika dalam sistematika penulisannya walaupun keduanya sama-sama diklaim sebagai kitab hadis yang diajarkan di Madrasah Mu’allimin ada tingkatan dan dinamika keilmuan khususnya dalam penjelasan atau syarh hadis yang digunakan. Berdasarkan hal ini, secara umum dapa dikatakan bahwa struktur kitab-kitab kuning yang ada di P.P. Tebuireng bersifat operatif, sedangkan di Madrasah Mu’allimin bersifat figuratif. Metode pengajaran kitab kuning di P.P. Tebuireg bersifat operatif. Hal ini ditunjukkan oleh adanya tiga jalur pengajaran kitab kuning dengan berbagai metode pengajarannya, yaitu dari metode ceramah yang disertai tanya jawab dan hafalan sebagaimana termanifestasikan dalam pengajaran kitab kuning di madrasah dan sekolah menuju metode bandongan dan sorogan dalam pengajian pengajian kitab, dan kemudian bergerak lagi ke metode diskusi sebagaimana diterapkan dalam forum diskusi salafi. Sedangkan yang terjadi Madrasah Mu’allimin hanya melalui satu jalur saja, yaitu jalur pengajaran di kelas. Dalam jalur ini, metode pengajarannya didominasi oleh metode ceramah yang kadang-kadang disisipi dengan tanya-jawab dan penerjemahan teks Arab ke dalam bahasa Indonesia, dan juga disisipi dengan metode hafalan. Oleh karena tidak ada jalur pengembangan pengajaran kitab-kitab muqarrar atau materi al-Islâm lebih lanjut, maka metode pengajarannya cenderung bersifat figuratif. Penentuan kitab-kitab yang diajarkan di P.P. Tebuireng didasarkan pada kitab-kitab dari mazhab Syafi’i. Sedangkan perumusan materi al-Islâm di Madrasah Mu’allimin, didasarkan pada ideologi Muhammadiyah, Matan Keyakinan dan Cita-cita Hidup Muhammadiyah, dan Himpunan Putusan Tarjih. Struktur keilmuan kitab-kitab di kedua pesantren mempunyai implikasi dan konsekuensi terhadap cara dan pola berpikir santri-santri dalam memandang suatu masalah dan terhadap keilmuan Islam itu sendiri. Sebagaimana struktur keilmuan kitab-kitab muqarrar, santri-santri Madrasah Mu’allimin dalam menanggapi suatu masalah (misalnya, pemimpin wanita) secara keseluruhan mereka juga mendasarkan pemikirannya pada al-Qur’an dan hadis. Sedangkan jumlah santri-santri P.P. Tebuireng cara berpikirnya sudah operatif walaupun jumlah santri yang relatif sedikit, dan ini tidak jauh berbeda dengan struktur keilmuan kitab-kitabnya yang bersifat operatif. Dalam menanggapi masalah pemimpin wanita, di antara mereka ada yang mendasarkan pemikirannya pada nash (75%), pendapat ulama dalam kitab kuning (15%), dan berdasarkan pertimbangan politik dan sejarah (10%). Sementara itu, dalam konteks keilmuan Islam, struktur keilmuan kitab-kitab di kedua pesantren masih berada di wilayah asimilasi meskipun kitab-kitab di P.P. Tebuireng sudah operatif, karena sifat operatifnya masih berada dalam warisan tradisi keilmuan Islam saja, belum bisa mengakomodasikan sumber-sumber dari luar tradisi Islam yang ada di kitab-kitab kuning, seperti filsafat, sosiologi, antropologi, hermeneutik, fenomenologi, psikologi, dan pendekatan positivistik-eksperimental. Sebagai konsekuensinya, keilmuan Islam di kedua pesantren, secara metodologis, tidak bisa berkembang secara optimal.

Item Type: Thesis (Doctoral)
Uncontrolled Keywords: Pendidikan Islam, pesantren
Subjects: Ilmu Agama Islam
Divisions: Pascasarjana > Disertasi > Ilmu Agama Islam
Depositing User: Edi Prasetya [edi_hoki]
Date Deposited: 03 Nov 2014 09:07
Last Modified: 08 Apr 2015 10:18
URI: http://digilib.uin-suka.ac.id/id/eprint/14368

Share this knowledge with your friends :

Actions (login required)

View Item View Item
Chat Kak Imum